Syaikh Muhammad Amin Syinqithi (2)
5 Januari 2011 § Tinggalkan komen
Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi -rahimahullah-
Penulis kitab Tafsir Adhwa’ al-Bayan
dari majalahislami
“Amma ba’du, tatkala kami mengetahui bahwa majoriti masyarakat yang mengaku sebagai kaum muslimin dewasa ini berpaling dari kitabullah dan melemparkannya ke belakang punggung mereka, tidak mengharapkan janji Allah dan tidak takut akan ancaman-Nya, maka kami mengatahui, bahwa hal tersebut merupakan faktor yang dapat mendorong seorang yang telah Allah berikan kepadanya ilmu akan kitab-Nya, untuk mengarahkan semangatnya yang tinggi demi berkhidmah kepada kitab-Nya, menjelaskan makna-maknanya, menampakkan keindahan-keindahannya, menerangkan kesulitan yang ada padanya, menjelaskan hukum-hukumnya, serta mengajak manusia untuk mengamalkannya dan meninggalkan segala sesuatu yang bertolak-belakang dengan kitab itu”.(1)
Nama dan Nasab
Nama beliau adalah Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Mukhtar bin Abdul Qadir al-Jakni asy-Syinqithi -rahimahullah-.Jika terus diruntut, maka nasab Kabilah beliau akan sampai ke daerah Himyar di Yaman.
Kelahiran
Beliau -rahimahullah- dilahirkan di sebuah kota yang bernama Syinqith. Adapun nama tempat kelahiran beliau adalah Tanbah, sebuah desa di kota Syinqith, yang merupakan sebuah daerah di belahan timur dari Negara Islam yang sekarang terkenal dengan nama Mauritania. Yaitu sebuah Negara Islam di benua Afrika yang berbatasan dengan Sinegal, Mali, dan al-Jazair (Algeria).
Tepatnya, beliau -rahimahullah- dilahirkan pada tahun 1325 H (1905 M), dari seorang ibu sepupu ayahnya sendiri.
Semangat dan Antusias dalam Menuntut Ilmu
Syaikh Muhammad -rahimahullah- terdidik hingga besar di tengah masyarakat yang cinta akan ilmu, baik kaum laki-laki maupun wanitanya. Beliau menimba dasar-dasar ilmu agama dan ilmu al-Qur`an dari paman-paman beliau dari pihak ibunya, juga dari anak-anak mereka.
Menghafal kitab-kitab merupakan santapan lezatnya sehari-hari. Beliau -rahimahullah- telah hafal al-Qur`an di bawah didikan pamannya, Abdullah, ketika berusia sepuluh tahun. Beliau -rahimahullah- bertutur, “Kemudian aku belajar menulis khat mushaf Utsmani (mushaf Induk) dari pamanku yang bernama Muhammad bin Ahmad. Darinya juga aku belajar ilmu Tajwid dengan bacaan Nafi’, yang meriwayatkan dari Warsy, dari jalan Abu Ya’qub al-Azraq dan Qalun, dari periwayatan Abu Nasyith. Dan darinya juga aku mengambil sanad bacaan itu hingga sampai kepada Nabi -shollallahu alaihi wa sallam-. Dan ketika itu, usiaku masih enam belas tahun”.
Beliau -rahimahullah- juga pernah berkata, “Di sela-sela proses belajar bacaan tersebut, aku juga belajar kitab-kitab ringkas fikih Imam Malik, seperti Rojaz Ibnu ‘Asyir. Dan di sela-selanya juga aku belajar sastra secara panjang lebar dari istri pamanku”. Ia melanjutkan, “Aku juga menimba dasar-dasar ilmu Nahwu, seperti kitab al-Ajurrumiyyah beserta latihan-latihannya, juga darinya. Aku pun belajar dengan panjang lebar tentang nasab-nasab bangsa arab, sejarah mereka, dan tak ketinggalan juga sejarah Nabi Muhammad -shollallahu alaihi wa sallam-, dan nazhom peperangan karya Ahmad al-Badawi asy-Syinqithi yang jumlah baitnya lebih dari lima ratus bait”.
Seperti itulah semangat belajar beliau -rahimahullah- dalam mempelajari ilmu al-Qur`an, Sastra, Biografi, dan Sejarah. Dan semua itu beliau ambil dan timba dari rumah paman-pamannya.
Beliau -rahimahullah- bertutur, “Setelah aku hafal al-Qur`an, sudah bisa menulis al-Qur`an dengan khat utsmani, dan aku mampu unggul di atas teman-temanku, maka ibu dan bibi-bibiku menaruh perhatian khusus kepadaku. Dengan tekad bulat mereka mengarahkanku untuk belajar disiplin ilmu yang ada”.
Guru
Setelah menceritakan tentang fikih madzhab Maliki yang beliau pelajari, juga kitab Alfiyyah Ibnu Malik dalam bidang ilmu nahwu, Beliau -rahimahullah- berkata, “Kemudian aku mengambil disiplin ilmu lainnya dari beberapa masyayikh pada beberapa cabang ilmu. Mereka semua berasal dari Kabilah al-Jakniyyun. Dan di antara mereka adalah para ulama terkenal di negeri itu. Mereka antara lain:
o Syaikh Muhammad bin Shalih, yang popular dengan sebutan Ibnu Ahmad al-Afram.
o Syaikh Ahmad al-Afram bin Muhammad al-Mukhtar.
o Syaikh, al-’Allamah Ahma bin Umar.
o Pakar fikih terkemuka Muhammad an-Nikmat bin Zaidan.
o Pakar fikih terkemuka Ahmad bin Muud.
o Al-’Allamah, lautan ilmu dalam bidang ilmu Ahmad Faal bin Aaduh.
o Dan masyayikh lainnya dari kabilah al-Jakniyyun –rahimahumullah-.
Beliau -rahimahullah- menambahkan, “Sungguh, kami telah menimba segala disiplin ilmu dari mereka, seperti Nahwu, Shorof, Ushul, Balaghah, serta sebagian Tafsir dan Hadits.
“Adapun ilmu Mantiq, tata cara membahas, serta berdiskusi dan berdebat, maka kami pelajari sendiri dari hasil menelaah kitab-kitab”, ungkap beliau.
Dan perlu digarisbawahi di sini, bahwa cabang-cabang ilmu yang beliau pelajari dari para masyayikh, atau yang beliau dapatkan dari hasil menelaah kitab-kitab sendiri, tidak hanya sebatas itu saja. Akan tetapi beliau juga senantiasa mengamati dan mencermati, serta melanjutkan belajarnya hingga keesokan hari pada setiap cabang ilmu yang ada, sehingga beliau benar-benar paham seluk beluk setiap bidang ilmu tersebut.
Kegiatan dan Aktifitas
Kegiatan dan aktifitas Syaikh Muhammad -rahimahullah- sama seperti kegiatan para ulama yang lain; belajar, mengajar, dan memberi fatwa. Hanya saja beliau v lebih terkenal dalam masalah hukum.
Meskipun ada seorang Hakim perancis, namun penduduk negeri itu begitu menaruhkan kepercayaan kepada beliau -rahimahullah-. Mereka datang kepada Syaikh -rahimahullah- untuk memutuskan perkara yang terjadi di antara mereka. Dan begitu banyak utusan-utusan dan tamu yang datang dari tempat yang jauh hanya untuk bertemu dengan beliau.
Safar ke luar Negeri
Sengaja beliau -rahimahullah- keluar negeri untuk melaksanakan kewajiban ibadah haji, dengan niatan ia akan kembali lagi ke negerinya seusai pelaksanaan ibadah haji tersebut.
Setelah Syaikh -rahimahullah- sampai ke negeri tujuannya, ternyata niatnya berubah. Ia ingin menetap sementara di sana. Sebabnya adalah, ketika berada di negerinya dahulu dia mendengar istilah Wahhabiyah, dan beliau ingin mengetahui tentang hakekat sebenarnya. Diantaranya juga, ketika menginap di beberapa tempat, secara kebetulan kemah beliau berdekatan dengan kemah al-Amir Khalid as-Sudairi, dan tatkala itu satu sama lain belum saling kenal. Adalah al-Amir pada waktu itu bersama teman duduknya mencari sebuah majlis yang mengajarkan sastra, sebab beliau begitu berjiwa sastrawan. Dan perbincangan yang terjadi diantara mereka menjadi panjang lebar, hingga akhirnya mereka bertanya-jawab dengan Syaikh -rahimahullah- yang ikut hadir juga pada waktu itu. Dan ternyata mereka telah mendapatkan seorang Syaikh yang alim bagaikan lautan yang tak bertepi. Al-Amir menasehatinya, ketika ia datang ke kota Madinah nanti, agar ia menemui dua orang Syaikh di sana; Syaikh Abdullah az-Zahim dan Syaikh Abdul Aziz bin Shalih.
Dan ternyata, di kota Madinah beliau -rahimahullah- berhasil bertemu dengan keduanya. Yang mana keduanya merupakan dua orang Hakim yang memutuskan kasus-kasus yang terjadi diantara penduduk kota, baik dalam masalah fikih, maupun masalah manhaj dan akidah.
Beliau -rahimahullah- begitu banyak berdiskusi dengan Syaikh Abdul Aziz bin Shalih. Hingga akhirnya Syaikh Abdu Aziz menghadiahkan kitab al-Mughni, dan beberapa kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah kepada beliau. Beliau -rahimahullah- pun membacanya hingga dapat memahami madzhab Imam Ahmad bin Hambal. Juga dapat mengetahui manhaj yang selamat dan akidah salaf yang bersandar kepada al-Qur`an dan as-Sunnah dengan pemahaman kaum salaf.
Syaikh -rahimahullah- dan Masjid Nabawi
Belajar-mengajar di masjid nabawi merupakan sarana transfer ilmu yang begitu penting di mata umat Islam dalam rangka menyebarkan ilmu agama. Masjid tersebut merupakan kampus pertama tempat disyariatkannya agama ini, yaitu sejak zaman Nabi -shollallahu alaihi wa sallam, ketika Jibril -alaihissalam- datang kepadanya untuk mengajarkan agama islam di majlis Rasulullah n. Dan sejak masa Khulafa’ ar-Rasyidin dan ulama dari kalangan sahabat, kota Madinah merupakan ibu kota ilmu, dan senantiasa kota itu akan menjadi markaz ilmiah yang tidak pernah kosong dari seorang alim yang menegakkan kebenaran pada setiap masanya.
Sebelum kedatangan Syaikh Muhammad al-Amin -rahimahullah- ke kota Madinah, adalah Syaikh ath-Thayyib -rahimahullah-, dengan perantara dirinya Allah berikan manfaat yang banyak kepada umat Islam di kota itu, hingga ia wafat pada tahun 1363 H. Adapun setelahnya, majlis Syaikh at-Thayyib digantikan oleh murid-muridnya, juga oleh Syaikh Muhammad -rahimahullah-. Dan Syaikh -rahimahullah- dahulu mengajar kitab tafsir al-Qur`an, dan sempat khatam hingga dua kali.
Termasuk hal yang sudah kita ketahui bersama bahwa pelajaran tafsir tidaklah terbatas pada sebuah pembahasan saja, akan tetapi pelajaran tafsir adalah ilmu yang mencakup seluruh isi al-Qur`an dan segala keumuman yang ada di dalamnya. Dan manhaj beliau dalam mengajar pertama kali adalah menjelaskan makna kosakata, kemudian menerangkan segi i’rabnya, ilmu shorofnya, kemudian balaghohnya dengan membawakan dalil-dalil penguat pada pembahasannya.
Di Masjid Syaikh Muhammad -rahimahullah-
Adapun di masjid Syaikh Muhammad -rahimahullah-, beliau mulai mengajar materi ushul fikih dan kaidah-kaidahnya. Banyak sekali orang-orang yang datang ke majlisnya untuk mengambil faedah dari beliau. Hingga orang-orang yang berasal dari ujung kota Riyadh pun rela datang ke sana demi untuk ikut serta dalam majlisnya itu.
Di Rumah Syaikh Muhammad -rahimahullah-
Oleh karena pelajaran Ushul di masjid bersifat untuk umum, maka para pelajar yang begitu semangat, mereka menginginkan adanya tambahan pelajaran khusus yang diadakan di rumah Syaikh Muhammad -rahimahullah-. Dan Syaikh pun akhirnya menjawab permintaan mereka dan membuka majlis khusus di rumahnya setelah shalat ashar.
Karya dan Tulisan
Syaikh Muhammad al-Amin -rahimahullah- memiliki karya dan tulisan yang begitu banyak, diantaranya adalah:
• Adhwa’ al-Bayan Fi Idhahi al-Qur`an bi al-Qur`an. Merupakan sebuah kitab yang berisi penafsiran al-Qur`an dengan al-Qur`an. Dan kitab ini merupakan kitab beliau yang paling terkenal.
• Mudzakkirah al-Ushul ‘Ala Raudhah an-Nazhir. Beliau padukan di dalamnya ushul-ushul madzhab Hambali, Maliki, kemudian asy-Syafi’i.
• Adab al-Bahts wa al-Munazhoroh. Di dalamnya beliau terangkan tata cara membahas, seperti pengumpulan masalah dan penjelasan dalil-dalil.
• Daf’u Iham al-Idhthirab ‘An Ayi al-Kitab. Beliau jelaskan di dalamnya ayat-ayat al-Qur`an yang secara zhahirnya memiliki makna yang bertentangan namun secara hakekatnya sama sekali tidak bertentangan. Beliau bawakan di dalamnya ayat-ayat yang secara sekilas bertentangan mulai dari surat al-Baqarah hingga surat an-Naas. Dan beliau dudukan permasalahannya satu demi satu secara berurutan.
• Man’u Jawaz al-Majaz Fi al-Munazzal Li at-Ta’abbud wa al-’Ijaz. Beliau menerangkan dan membantah habis adanya majaz dalam al-Qur`an, dalam ayat-ayat asma dan sifat Allah.
Beliau -rahimahullah- juga memiliki beberapa ceramah yang kemudian dicetak dan disebarluaskan dalam bentuk buku, seperti:
- Ayat ash-Shifaat
- Hikmah at-Tasyri’
- Al-Mashalih al-Mursalah
- Haula Syubhah ar-Raqiq.
Wafat
Beliau -rahimahullah- meninggal dunia di kota Madinah an-Nabawiyyah, pada tanggal 17 Dzul Hijjah, tahun 1393 H (1973 M), semoga Allah senantiasa merahmatinya.
Semoga Allah memberikan manfaat kepada kita dengan kitab-kitab beliau, menuntun kita untuk meniti dan meneladani jalan beliau pada apa-apa yang Ia ridhai, dan menjadikan kita termasuk para penuntut ilmu yang selalu ikhlas dalam menuntut ilmu dan beramal. Amin.
[Di ringkas oleh Abu Musa Muhammad Sulhan, Lc. dari Biografi Syaikh Muhammad al-Amin -rahimahullah-, karya Athiyyah Muhammad Salim, pada permulaan kitab Adwa’ al-Bayan Fi Idhah al-Qur`an bi al-Qur`an, Dar Ihya at-Turats al-‘Arabi, Cet. Pertama, Th. 1417 H. – 1996 M.]
————
1. Cuplikan kata Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi -rahimahullah-, pada Muqaddimah kitab Adwa’ al-Bayan.
(Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 39, hal.37-41)
Syaikh Muhammad Amin Syinqithi
5 Januari 2011 § Tinggalkan komen
Biografi Syaikh Muhammad Al-Amin Asy Syinqithi Bin Muhammad Al-Mukhtar Al-Ja’ni rahimahullah dari laman fatwa-online.com
Penerjemah: Abu Maulid
Beliau dilahirkan pada tahun 1325 H/1897 M. Ketika berumur 10 tahun, beliau telah menghafal Al-Qur’an di bawah bimbingan pamannya, Asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad Al-Mukhtar Bin Ibrahim Bin Ahmad Nuh Al-Ja’ni.
Syaikh Muhammad Al-Amin belajar tajwid dan menulis khat Ustmani dengan saudara sepupunya, Syaikh Muhammad Bin Ahmad Bin Muhammad Al-Mukhtar. Beliau juga belajar kepada bibinya mengenai dasar-dasar tata bahasa Arab seperti Al-Ajurumiyah, Sirah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, dan sejarah nasab bangsa Arab.
Adapun bidang pengetahuan yang lainnya seperti ilmu fiqih, tafsir, hadist, tata bahasa Arab, ushul fiqih, dan syair, Asy-Syaikh belajar kepada beberapa ulama terkenal di negerinya dan mereka semua dari suku Al-Ja’ni, di antaranya adalah:
- Syaikh Muhammad Bin Salih (lebih dikenal dengan nama Ibnu Ahmad Al-Afram),
- Syaikh Ahmad Al-Afram Bin Muhammad Al-Mukhtar,
- Syaikh Ahmad Bin Umar,
- Syaikh Ahmad Bin Mud,
- Syaikh Muhammad An-Nimah Bin Zaidan, dan
- Syaikh Ahmad Fal bin Audah.
Syaikh Muhammad Al-Amin telah menyelesaikan dalam mengajar tafsir Al-Qur’anul Karim dua kali di Masjid Nabawi. Karena banyaknya murid beliau, maka tidak dapat diketahui siapa saja mereka. Namun, yang bisa disebutkan di sini, antara lain:
- Syaikh Abdul Aziz Bin Baz tetap menghadiri pelajaran beliau dalam tafsir di Masjid Nabawi ketika beliau sebagai kepala Universitas Islam.
- Syaikh Atiyah Muhammad Salim, salah satu yang menyelesaikan tulisan Syaikh Muhammad Al-Amin (sepeninggal beliau) berjudul tafsir Adwa Al-Bayan.
- Syaikh Bakr Bin Abdullah Abu Zaid.
- Putranya, Syaikh Abdullah Bin Muhammad Al-Amin Asy Syinqithi.
- Putranya, Syaikh Muhammad Al-Mukhtar Bin Muhammad Al-Amin Asy Syinqithi.
Syaikh telah menulis kitab-kitab yang masyhur dengan segenap tenaga dan kemampuan sebagai bukti amalan beliau, kejelasan atas nasihat dan metodologi yang beliau gunakan, dan kemurnian pemikiran yang terang, serta sepanjang ketelitian atas tata bahasa Arab. Berikut adalah beberapa kitab yang beliau tulis:
- Adwa Al-Bayan fi Idhah Al-Qur’an bil Quran
- Adab Al-Bath wal Munatharah
- Daf’u Iham Al-Idhtirab ‘an Ai Al-Kitab
- Alfiyah fil Mantiq
- Khalis Al-Jaman fi Zikr Ansab Bani Adnan
- Man’u Jawaz Al-Majaz fil Munazzal lit Ta’abbud wal I’jaz
- Mudzakhirah Ushul Al-Fiqih
- Manhaj Ayat Al-Asma wa Sifat
- Rajz fi Fura’ Madzhab Malik Yakhtas bil ‘Uqad min Al-Buya’ wa Ruhan
- Syarah Maraqi As-Saud
- Nadzm fil Fara’id
Adapun akhlaqnya, beliau adalah sosok ulama yang mengamalkan ilmunya. Beliau tidak pernah membiarkan orang membuat fitnah di majelis beliau. Beliau begitu mulia dan tidak menghiraukan godaan dunia yang datang kepadanya. Beliau jujur dalam berbicara, bersikap adil, dan tidak segan mengubah pendapat beliau jika ternyata dalil berbicara lain.
Syaikh sendiri paham akan pentingnya dalam mencari ilmu. Beliau memandang bahwa ilmu hanya merupakan perantara (alat). Adapun intinya adalah Kitabullah itu sendiri.
Seseorang yang telah lama belajar kepada beliau memberikan kesaksian bahwa ilmu beliau tentang Kitabullah sangat kuat dan luas. Apabila seseorang bertanya kepadanya tentang sebuah ayat, ketika itu juga beliau akan menjelaskan dengan ayat sebelum dan sesudahnya. Demikianlah Asy Syaikh Muhammad Al-Amin Asy Syinqithi, semoga Allah merahmati beliau.
Beliau meninggal pada tahun 1393 H/ 1972 M.
Sumber: http://www.fatwa-online.com/scholarsbiographies/14thcentury/ashshanqeetee.htm
Ibnu Katsir rahimahullah
14 Disember 2010 § 1 Komen
BIOGRAFI PENULIS (Ibnu Katsir)
Ditulis oleh Syaikh Abdul Qadir al-Arna-uth (semoga Allah menjaganya).
Beliau adalah Imam yang mulia Abul Fida’ ‘Imaduddin Isma’il bin ,Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi. Berasal dari kota Bashrah, kemudian menetap, belajar dan mengajar di Damaskus. Dilahirkan di Mijdal, sebuah tempat di kota Bashrah pada tahun 701.H (1302 M).
Ayah beliau adalah seorang khatib di kota itu. Ayahnya meninggal ketika beliau baru berusia empat tahun. Kemudian beliau diasuh oleh abangnya, Syaikh Abdul Wahhab dan dialah yang mendidik beliau di usia dininya. Kemudian beliau pindah ke Damsyik, negeri Syam pada tahun 706H, ketika beliau berusia lima tahun.
GURU-GURU BELIAU
- Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin Abdirrahman al-Fazari yang terkenal dengan nama Ibnul Farkah (wafat 729 H).
- Di Damsyik Syria, beliau belajar dengan Isa bin al-Muth’im,
- Ahmad bin Abi Thalib, terkenal dengan nama Ibnu Syahnah (walat 730H),
- Ibnul Hajjar yang (wafat 730 H),
- Baha-uddin al-Qasim bin Muzhaffar Ibnu Asakir, ahli hadis negeri Syam yang wafat pada tahun 723 H,
- Ibnu asy-Syirazi,
- Ishaq bin Yahya al-Amidi Afifuddin –ulama Zhahiriyah (wafat 725 H),
- Muhammad lbnu Zar rad, menyertai Syaikh Jamaluddin Yusuf bin az-Zaki al’Mizzi (wafat 742H), beliau mendapat banyak faedah dan menimba ilmu darinya dan akhirnya beliau menikahi puterinya.
- Syaikhul Islam Taqiyyuddin Ahmad bin Abdil Halim bin Abdis Salam bin Taimiyyah (wafat 728 H),
- sebagaimana beliau menimba ilmu dari Syaikh al-Hafizh, seorang ahli tarikh (sejarah), Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman bin Qayimaz adz-Dzahabi (wafat pada tahun 748 H).
- Dan ulama Mesir yang memberi beliau ijazah adalah Abu Musa al-Qarafi,
- Abul Fath ad-Dabbusi,
- Ali bin Umar as-Sawani dan lain-lain.
Al-Hafizh adz-Dzahabi berkata tentan Ib nu Katsir dalam al-Mu’jam al-Mukhtashsh,
“Beliau adalah seorang imam lagi pemberi fatwa, ahli hadis yang pakar, ahli fiqih yang berwawasan luas, ahli tafsir dan memiliki banyak tulisan yang bermanfaat.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata dalam ad-Duraral-Kaaminah,
“Beliau selalu menyibukkan diri dengan hadis, menelaah matan dan rijal hadis. Beliau adalah orang yang memiliki hafalan yang banyak, kecerdasannya bagus, memiliki banyak karya tulis semasa hidupnya dan telah memberikan manfaat yang sangat banyak kepada orang-orang selepas meninggal.”
Ahli sejarah yang terkenal dengan nama Abul Mahasin Jamaluddin Yusuf Ibnu Saifuddin yang terkenal dengan nama Ibnu Taghri Bardi berkata dalam kitabnya al-Manhalush Shaafii wal Mustaufa ba’ dal Woofi,
“Beliau adalah syaikh imam al-‘ Allamah’ Imaduddin Abul Fida’, ulama yang banyak berkarya) terus bekerja, meraup ilmu dan menulis, pakar dalam bidang fiqih, tafsir dan hadis.Beliau mengumpulkan, mengarang, mengajar, menyampaikan hadis dan menulis. Beliau memiliki penelaahan yang luas dalam ilmu hadis, tafsir, fiqih, bahasa Arab dan ilmu-ilmu lainnya. Beliau mengeluarkan fatwa dan mengajar hingga beliau wafat, semoga Allah merahmati beliau. Beliau dikenal sebagai uiama yang memiliki hafalan yang kuat dan tulisan yang bagus. Ia telah mencapai puncak dalam ilmu sejarah, hadis dan tafsir.
MURID-MURID BELIAU
Murid-murid beliau sangatlah banyak, di antaranya adalah Ibnu Haji. Disebutkan tentangnya bahwa ia adalah seorang yang memiliki hafalan paling kuat terhadap matan-matan hadis yang pernah kami dapati. Paling tahu tentang cacat-cacat hadis, perawi-perawinya, shahih dan dha’ifnya, dan rakan-rakan serta guru-gurunya mengakui hal tersebut. Sejauh ini, setiap kali saya bertemu dengannya pasti saya memperoleh faedah darinya.
Ibnul ‘Imad al-Hanbali berkata dalam kitabnya yang berjudul Syadzaraatudz Dzahabfii Akhbaari Man Dzahab:
“Beliau adalah al-Hafizh al-Kab ir’ Imaduddin, hafalannya banyak dan jarang lupa,pemahamannya baik, ilmu bahasa Arabnya tinggi.”
Ibnu Habib berkata tentangnya, “Ia mendengar riwayat, mengumpulkan, menulis, mengeluarkan fatwa, menyampaikan hadis, memberi banyak faedah, dan lembaran-lembaran fatwanya tersebar ke berbagai negeri. Ia dikenal dengan kekuatan hafalan dan keelokan karangarannya.”
Tulisan beliau sangatlah banyak, di antaranya:
- Termasuk tulisan beliau yang terbesar adalah kitab tafsir al-Qur-an. Kitab ini adalah sebaik-baik kitab tafsir dengan riwayat, telah diterbitkan berulang kali dan telah diringkas oleh banyak ulama.
- Kitab sejarah yang dinamakan al-Bidaayah, terdiri dari 14 jilid, dengan judul al-Bidayah wan Nihayah. Di dalamnya disebutkan tentang kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu, sirah Nabawiyah, sejarah Isl am hingga zamannya ditambah dengan pembahasan tentang fitnah dan tanda-tanda hari Kiamat serta keadaan pada hari Akhir dan al-Malaahim (pertumpahan darah). Dan telah ditahqiq oleh banyak ulama.
- At-Takmiil fi Ma’rifatis Siqat wa Dhu’afa wal Majaahil. Di dalamnya terangkum dua kitab dari tulisan guru beliau, yaitu al-Mi zzi dan adz-Dzahabi (Tahdzibul Kamal fi Asma Rijal) dan (Liizan I’tidal fii Naqdir Rijal) dengan disertai beberapa tambahan yang bermanfaat dalam masalah al-jarh wat ta’dil.
- Al-Hadyu was Sunan fi Ahadis Masad wa Sunan yang dikenai dengan nama Jami’ al-Masanid. Di dalamnya terangkum Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, a|-Bazzar, Abu Ya’la al-Mushili, Ibnu Abi Syaibah, beserta Kutubus Sittah. Beliau menyusunnya berdasarkan bab-bab fiqih, dan baru-baru ini telah dicetak beberapa juz darinya.
- Thabaqaat asy-Syafi’iyyah dengan ukuran sedang disertai biografi Imam asy-Syafi’i.
- Beliau mentakhrij hadis-hadis yang digunakan sebagai dalil dalam kitab at – Tanbih fi Fiqh asy-Sy afi’iah.
- Beliau memulai penulisan syarah Sahih Bukhari dan belum sempat menyelesaikannya.
- Beliau memulai penulisan kitab besar dalam masalah-masalah hukum namun belum sem
pat menyelesaikannya, dan tulisan beliau ini sudah sampai pada kitab Haji.
- Ringkasan kitab al-Madkhal, karya al-Baihaqi dan sebahagian besar belum diterbitkan.
- Beliau meringkas kitab ‘Ulumul Hadis karya Abu ‘Amr bin ash-Shalah, yang beliau beri judul (Al-mukhtashar ‘Ulumil Hadis) yang dicetak oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, seorang ahli hadis dari Mesir disertai penjelasan dari beliau dan diberi judul al-Baa’itsul Hatsiirsfii Syarh Mukhtashar ‘Ulumil Hadis, dan telah dicetak beberapa kali.
- Sirah Nabawiyyah yang panjang (bagian dari kitab al-Bidaayah) dan ringkasannya, keduanya diterbitkan dalam cetakan yang berbeda.
- Risalah dalam masalah jihad yang diberi judul al-Ijtihaad fi Thalabil Jihad, dan telah dicetak beru
lang kali.
WAFAT
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata, “Beliau hilang penglihatan di akhir hayatnya dan wafat di Damaskus, Syam pada tahun 77 4 H/ 1373 M. Semoga Allah mencurahkan rahmat seluas-luasnya kepada beliau dan menempatkan beliau di Surga-Nya yang luas.
disarikah dari kitab terjemahan Sahih Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1. Terbitan Pustaka Ibnu Katsir.
Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi
22 November 2010 § Tinggalkan komen
Beliau adalah Ahli Hadits yang juhud, Jabir bin Musa bin Abdul Qadir bin Jabir Abu Bakar Al-Jazairi. Lahir di Al-Jazair tahun 1342 H/ 1921 M. Dinegerinya itu beliau menghapal Al-Qur’an dan beberapa matan kitab, ilmu lughoh dan fiqh Maliki kemudian beliau melanjutkan pelajarannya ke kota lainnya sampai kemudian belajar di Madinah di Masjid Nabawi dan Mekkah sehingga mendapat pengakuan (ijazah) dari para Masyaikh disana.
Diantara gurunya dinegerinya yaitu
- Syaikh Nu’aim An-Nu’aimi,
- Syaikh Isa Mu’tauqi, dan
- Syaikh Thoyib Al-Uqbi, sedangkan di Madinah adalah :
- Syaikh Umar Bari,
- Syaikh Muhammad Al-Hafizh,
- Syaikh Muhammad Khoyal dan selainnya.
Beliau sempat pula mengajar di Darul Hadits Madinah dan di Jamiyah Al-Islamiyah.
Sumber : Biograf Ulama Sunnah
Sahabat Nabi Muhammad yang Pandai Tafsir Al-Qur’an
30 Oktober 2010 § Tinggalkan komen
Oleh : Abu Abdillah (Mohd Riduan bin Khairi)
Autoriti dan Keutamaan Tafsir Sahabat Nabi Muhammad
Imam Asy-Syafi’i berkata,
“Mereka (para sahabat) mengatasi kita dalam ilmu, ijtihad, wara’, kecerdikan dan dalam hala-hal yang memerlukan ilmu pengetahuan dan pengambilan hukum”.
Al-Zarkasyi pula dalam kitabya al-Burhan fi Ulumil Qur’an,
“Penafsiran sahabat perlu diberi perhatian, sekiranya tafsiran dibuat dari susudt bahasa maka mereka adalah ahli bahasa. Dan sekiranya tafsiran berkaitan dengan sebab-sebab kenapa sesuatu ayat itu diturunkan, maka ia tidak boleh dipertikaikan lagi”.
Al-Hafidz Imam Ibnu Kathir juga menyebutkan tentang keutamaan tafsir para sahabat di,
“Metode penafsiran yang paling benar, yaitu penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an. Jika anda tidak dapat menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, maka hendaklah anda menafsirkannya dengan hadith. Dan jika tidak menemukan penafsirannya di dalam al-Qur’an dan hadith, maka hendaklah merujuk pada pendapat para sahabat, karena mereka lebih mengetahui berdasarkan konteks dan kondisi yang hanya merekalah menyaksikan nya, selain itu mereka iuga memiliki pemahaman yang sempurna, pengetahuan yang benar, dan amal shalih. Namun jika tidak ditemukan juga, maka kebanyakan para imam merujuk kepada pendapat para Tabi’in dan Ulama’ sesudahnya.”
Ahli-ahli Tafsir Dari Kalangan Sahabat yang Terkenal
Sekumpulan para sahabat amat dikenali kerana cerdas dan bijak dalam mentafsirkan ayat Al-Qur’an. Antara mereka ialah empat khalifah Abu Bakar as-Siddiq, Umar al-Khattab, Uthman bin Affan dan Ali bin Abli Talib (semoga Allah redha kepada mereka semua). Ini dinyatakan oleh Imam Suyuti dalam kitabnya al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Namun begitu tidak laporan tafsir diterima dari 3 khalifah yang pertama. Ini lantaran, mereka sibuk dengan urusan pemerintahan negara. Selain itu, keperluan untuk mencatat tafsir mereka ketika itu masih belum ada, memandangkan ramai orang yang mengetahui ilmu tafsir.
Selain empat orang sahabat ini, beberapa sahabat lain juga sering dirujuk dan dijadikan panduan dalam ilmu tafsir. Mereka ialah Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubair, Zaid bin Thabit, Ubay bin Kaab dan Abu Musa Al-Asy’ari.
Ali bin Abi Talib (semoga Allah redha kepada beliau) wafat tahun 40 H
Ali bin Abi Talib mempunya banyak keutamaan. Ahlus Sunnah wal Jama’ah sepakat keutamaan Ali bin Abu Talib selepas Abu Bakar, Umar dan Uthman. Beliau termasuk dari 10 orang sahabat nabi yang dijanjikan syurga.
Beliau dikenali dengan sifat berani dan fikiran yang cerdas. Beliau menyertai kebanyakan peperangan bersama-sama Nabi Muhammad. Bahkan merupakan pemegang bendera dalam kebanyakan peperangan.
Ali adalah sahabat yang paling banyak tafsiran Al-Qur’an, lantaran kelapangan masa dan tidka terikat dengan jawatan khalifah sehingga akhir khalifah Uthman. Lebih-lebih lagi usia beliau yang panjang memungkinkan beliau memberi sumbangan dalam periwayatan tafsir kepada umat Islam.
Abdullah bin Abbas, seorang sahabat muda yang cerdas yang juga sepupu beliau menyebutkan,
“Ilmu tafsir yang aku kumpul adalah dari Ali Bin Abi Talib” dan beliau juga berkata,
“Sekiranya datang keterangan daripada Ali, kami tidak akan mencari yang lain”.
Pada suatu ketika Ali dilaporkan pernah mengajak umat Islam untuk belajar tafsir langsung daripadanya,
“Tanyalah aku, tanyalah aku dan tanyalah kepada aku tentang kitab Allah. Demi Allah, tidak ada satu ayatpun kecuali aku tahu waktu mana ianya turun, sama ada malam atau siang.”
Namun begitu wujud juga laporan-laporan tafsir yang palsu disandarkan kepada Ali. Ini dilakukan golongan Syiah demi menegakkan pemikiran mereka yang sesat.
Abdullah bin Abbas (wafat 68 H)
Beliau merupakan kanak-kanak cerdas yang membesar pada zaman Nabi. Lahir 3 tahun sebelum hijrah. Ini bermakna beliau hanya sempat hidup bersama nabi selama 13 tahun sahaja.
Beliau didoakan oleh nabi, “Ya Allah! Kurniakan dia kefahaman dalam agama”.
Berkat doa Rasulullah dan juga ketekukan beliau menuntut ilmu, akhirnya beliau dikenali sebagai sahabat yang cerdas dan bijak. Walaupun pada usia yang sangat masih muda, beliau tetap dijadikan rujukan oleh sahabat-sahabat yang lebih dewasa.
Abdullah bin Mas’ud pernah memujinya,
“Abdullah bin Abbas adalah sebaik-baik pentafsir Al-Qur’an. Sekiranya dia sebaya kami, pasti tidak seorangpun daripada kami yang dapat menandinginya”.
Abdullah bin Umar pertanya ditanya tentang tafsir suatu ayat, maka beliau mengarahkan supaya ditanya kepada Abdullah bin Abbas,
“Pergilah berjumpa Abdullah bin Abbas dan tanyalah dia. Sesungguhnya dialah orang yang paling mengetahui tentang wahyu yang turun ke atas Nabi Muhammad sekarang ini”. Dan pada ketika yang lain Abdullah bin Umar berkata,
“Abdullah bin Abbas adalah umat Muhammad yang paling mengetahui mengenai apa yang diturunkan kepada Muhammad”. (Imam Az-Zahabi, Tafsir wa Mufassirun)
Manakala seorang tabi’in terkenal Ato’ bin Abi Rabah memuji Abdullah bin Abbas yang menjadi gurunya,
“Aku tidak pernah melihat majlis ilmu yang lebih mulia daripada majlis ilmu Abdullah bin Abbas yang dipenuhi kefahaman dan diselubungi rasa takut kepada Allah. Penuntut ilmu fikih, tafsir dan syair menghadiri majlisnya. Beliau memenuhi hajat mereka daripada lembah ilmu yang luas”.
Begitu pula pujian seorang tabi’in , Abu Wa-il,
“Abdullah bin Abbas, sebagai pemimpin jemaah haji yang dilantik oleh Uthman telah membaca khutbah semasa musim haji. Beliau membacakan surah an-Nur membaca satu demi satu ayat dan mantafsirkannya. Tidak pernah aku lihat mahupun mendengar percakapan seperti lelaki itu. Kalaulau Parsi, Rom, dan Tukri mendengar kata-katanya, pasti mereka akan memeluk Islam”.
Antara anak murid beliau yang terkenal meriwayatkan tafsir darinya ialah Mujahid bin Jabr, Ikrimah, Ato’ bin Abi Robah dan Said bin Jubair.
Abdullah bin Mas’ud (wafat 32 H)
Abdullah bin Mas’ud merupakan antara orang yang awal memeluk Islam. Beliau terlibat dalam dua hijrah yakni Hijrah ke Habsyah dan hijrah ke Madinah. Beliau mengambil secara langsung 70 surah Al-Qur’an seperti yang direkodkan oleh Imam Muslim di dalam kitab Sahihnya.
Ketika mula-mula Nabi Muhammad berkenalan dengan Abdullah bin Mas’ud, beliau sudah mengesan kebijaksanaan dan kecerdasan Abdullah bin Mas’ud. Kata Nabi,
“Sesungguhnya engkau seorang budak yang akan menguasai ilmu” (HR Ahmad, hassan menurut Syuaib Arnauth)
Abdullah bin Mas’ud menguasai Al-Qur’an dan tafsirannya lantaran beliau sering mendampingi nabi. Seperti yang diceritakan oleh Abu Musa Al-Asy’ari, “Aku dan saudara lelakiku datang dari Yaman. Dan ketika kami datang, kami menyangka Abdullah bin Mas’ud dan ibunya adalah termasuk ahli keluarga (ahli bait) Rasulullah kerana mereka berdua sering masuk dan berada di rumah Rasulullah”. (Sahih Muslim)
Dalam peristiwa yang lain Abu Musa bercerita lagi, “Abdullah bin Mas’ud memang selalu bersama Rasulullah ketika kita tidak turut serta, dan beliau diizinkan masuk ke rumah nabi ketika kita tidak diizinkan masuk”. (Sahih Muslim)
Selain sering mendampingi nabi, Abdullah bin Mas’ud gigih menuntut ilmu Al-Qur’an. Katanya,
“Para sahabat Rasululah tahu bahawa aku paling pandai di antara mereka tentang Kitab Allah. Seandainya aku tahu ada orang yang lebih pandai dari aku, maka aku akan pergi berjumpa dengannya (untuk berguru)”. (Sahih Muslim)
Kata nabi lagi memuji Abdullah bin Mas’ud,
“Sesiapa yang ingin membaca Al-Qur’an persis ketika ia diturunkan, maka bacalah mengikut bacaan anak Ummu ‘Abd (Abdullah bin Mas’ud)”.
Abdullah bin Mas’ud sendiri pernah melaporkan hadith dari nabi,
“Pelajarilah Al-Qur’an dari empat orang ; 1) Ibnu Ummi ‘Abd (Abdullah bin Mas’ud), 20 Ubay bin Kaab, 3) Salim, bekas budak Hudzaifah, dan 4) Muadz bin Jabal” (Sahih Muslim)
Beliau dihantar oleh Khalifah Umar untuk mengajar agama di Kufah. Orang-orang Kufah mendapat manfaat dari luas dan dalamnya ilmu Abdullah bin Mas’ud Antara tabi’in di Kufah yang menjadi anak muridnya yang terkenal termasuklah Qatadah, Alqomah, Asy-Sya’bi dan Masruq.
Ubay bin Kaab (w 30 H)
Ubay bin Kaab merupakan juru tulis pertama bagi Nabi Muhammad setelah berhijrah ke Madinah. Beliau sempat mengkuti Perjanjian Aqabah dan termasuk sahabat yang menyertai Perang Badar.
Ubay ialah Sayyid Qurra, salah seorang penulis wahyu Nabi Muhammad sehingga nabi mengatakan, “Yang paling baik bacaan Al-Qur’an dari kalangan mereka ialah Ubay”.
Sahabat Anas bin Malik melaporkan,
“Pada masa Rasulullah ada empat orang yang menghimpunkan Al-Qur’an, yang semuanya dari kaum Ansar. Mereka ialah Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Kaab, Zid bin Thabit dan Abu Zaid”. (Sahih Muslim)
Antara anak murid beliau ialah Zaid bin Aslam, Abu Aliyah dan Muhamamad bin Kaab al-Khurodi.
Rujukan
- Bagaimana Memahami Al-Qur’an. Muhammad Jamil Zainu. Terjemahan Salafudin Aj. Pustaka Al-Kautsa, Jakarta (2006).
- Fahami Al-Qur’an Menurut Kaedah Para Ulama’. Mohd Sabri Mohamed. Karya Bestari, Shah Alam (2007).
- Pengantar Usul Tafsir. Dr. Fauzi Deraman dan Mustaffa Abdullah. Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Kuala Lumpur (2006).
- Pengenalan Ringkas Ususl Tafsir. Muhammad bin Soleh al-Uthaimin. Terjemahan Fadlan bin Mohd Othman. Jahabersa, Johor Bahru (2005).
- Tafsir Ibnu Katsir (jilid 1). Peneliti ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh. Terjemahan Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Jakarta (2005)
- Ringkasan Sahih Muslim. Muhammad Nasiruddin al-Albani. Gema Insani, Jakarta.
Pujian Ilmuwan dan Sarjana Islam kepada Syaikh As-Sa’di
28 Oktober 2010 § Tinggalkan komen
PUJIAN PARA ULAMA TERHADAP
Syaikh Al-Allamah Abdurrahman As-Sa’di ,
1. Syaikh Abdul Aziz bin Baz
“… Beliau sangat faham dan sangat memperhatikan pengetahuan tentang pendapat yang paling kuat dari permasalahan khilafiyah (perbezan pendapat) dengan dalil. Dan beliau sangat memberi perhatian terhadap buku-buku Syaikh Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya al-Allamah Ibnu a1-Qayyim. Beliau juga selalu memilih pendapat yang didukung oleh dalil. Saya bersamanya tidak hanya sekali saja saat di Makkah maupun di Riyadh. Beliau sangat sedikit sekali berbicara kecuali untuk hal yang membuahkan faedah seperti perkara-perkara ilmu, sangat rendah hati, baik perangainya. Sesiapa yang membaca buku-bukunya niscaya akan mengetahui keutamaannya, keilmuannya dan perhatiannya terhadap dalil. Akhirnya semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas”.
2. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani
Syaikh yang terhormat Muhammad Nashiruddin al-Albani ditanya tentang pendapatnya mengenai buku tafsir Syaikh Abdurrahman bin Sa’di dan beliau menjawab,
“Buku tafsir itu sangat baik, dan memiliki pembahasan yang baik pu1a, walaupun sebenarnya telaah saya terhadap buku tersebut sedikit sekali, namun menurut batas pengetahuanku terhadapnya jelas sekali bahwa pengarang itu berpendapat dan berpandangan bebas dengan memegang batasan aturan-aturan syariat dan beliau tidak menampakkan keterbelakangan dan fanatisme apa pun. Saya pernah bertemu dengan beliau di Damaskus kira-kira empat puluh tahun yang lalu saya menuntut ilmu yang banyak darinya. Saya melihat pada dirinya kerendahan hati para ulama’. Beliau juga seperti seluruh ulama Najd yang selalu mengingatkan kita kepada akhlak para ulama’ terdahulu dan kerendahan hati mereka. Beliau tidak seperti sebilangan ilmuwan yang lain, lantaran ilmunya mereka menjadi tertipu dan sombong..”
3. Syaikh Abdurrazzaq Afifi
‘.. Sesungguhnya barangsiapa yang membaca karangan-karangannya -Ibnu Sa’di-, menelaah tulisan-tulisannya, mengikuti jejak kehidupannya, niscaya akan mengetahui kegigihan dalam melayani ilmu baik penelaahan maupun pengajaran, mendapatkan darinya sejarah hidup yang baik, kemuliaan akhlak, tabiat yang lurus, adil kepada saudara-saudaranya dan murid-muridnya dari dirinya sendiri, mencari keselamatan dari hal-hal yang menimbulkan kejelekan atau mendorong kepada perselisihan untuk perpecahan. Akhirnya semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas…”.
4. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
“‘.. Sesungguhnya orang ini sangat sedikit sekali didapatkan bandingan pada masanya dalam ibadahnya, ilmunya, dan akhlaknya, di mana dia bergaul kepada semuanya dari yangg kecil maupun yang besar sesuai dengan kondisinya yang sepatutnya, memeriksa kondisi orang-orang miskin lalu memberikan pada mereka segala sesuatu yang dapat menutupi kebutuhannya dengan tangannya sendiri, ia sangat sabar dari apa yang menyakitinya dari ejekan orang, dan ia suka memaafkan bagi orang yang terjatuh dalam ketergelinciran lalu memberikan pengarahan yang membaut orang tersebut mendapatkan maaf…”
5. Syaikh Muhammad llamid al-Faqi
“… sungguh saya telah mengenal Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-sa’di lebih dari dua puluh tahun, saya mengenalnya sebagai seorang ulama yang salafi, peneliti lagi pentahqiq yang mencari dalil-dalil yang benar, menyelidiki keterangan-keterangan yang kuat lalu ia mengikutinya dari belakang dan tidak menyimpang dengan sesuatu pun…”
“… Saya mengenalnya sebagai seorang ulama yang salafi yang memahami Islam dengan pemahaman yang benar, dan dikenal pada dirinya terdapat dakwah yang gigih dan jujur untuk selalu berusaha melakukan segala hal yang menjadi sebab-sebab penghidupan yang mulia, kuat,luhur dan bersih…”.
Pujian Syaikh al-Albani Terhadap Tafsir As-Sa’di
28 Oktober 2010 § Tinggalkan komen
Syaikh yang terhormat Muhammad Nashiruddin al-Albani ditanya tentang pendapatnya mengenai buku tafsir Syaikh Abdurrahman bin Sa’di dan beliau menjawab,
“Buku tafsir itu sangatlah baik, dan memiliki pembahasan yang baik pula, walaupun sebenarnya telaah saya terhadap buku tersebut sedikit sekali, namun menurut batas pengetahuanku terhadapnya jelas sekali bahwa pengarang itu berpendapat dan berpandangan bebas dengan memegang batasan aturan-aturan syariat dan beliau tidak menampakkan kejumudan dan fanatisme. Saya pernah bertemu dengan beliau di Damaskus kira-kira empat puluh tahun yang lalu, saya menuntut ilmu yang banyak darinya. Saya melihat pada dirinya kerendahan hati para ulama’. Beliau juga seperti seluruh ulama Najd yang selalu mengingatkan kita kepada akhlak para ulama’ terdahulu dan kerendahan hati mereka. Beliau tidak seperti sebilangan ilmuwan yang lain, lantaran ilmunya mereka menjadi tertipu dan sombong..”
Sumber : Terjemahan Tafsir As-Sa’di (jilid 1), Pustaka Sahifa 2007 dengan beberapa penyesuaian kepada Bahasa Melayu.
Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di (1889-1956)
22 Oktober 2010 § 2 Komen
Beliau adalah seorang ulama terkemuka Syaikh Abdurahman Bin Nashir Bin Abdullah Alu Sa’di. Lahir di kota Unaizah, Gasim, sebuah daerah di Nejd, Arab Saudi. Kedua orang tuanya telah wafat semasa beliau masih kecil. Beliau dikurnia kecerdasan dan daya tangkap yang tinggi serta minat besar untuk menuntut ilmu. Beliau menghafal qur’an sejak dini dan mengkhatamkan hafalannya dengan baik pada usia 12 tahun. Setelah itu beliau memulai menuntut ilmu-ilmu syar’i yang lain. Beliau menimba ilmu dari para ulama-ulama lain yang masuk kesana. Ia curahkan tenaga untuk menuntut ilmu sampai meraih berbagai ilmu dan pengetahuan yang sangat memadai.
Pada usia 23 tahun, dalam berdedikasi kepada ilmu, beliau memulai memadukan antara belajar dan mengajar, mencari dan memberi. Beliau isi seluruh waktu semasa hidup beliau untuk aktivitas itu. Banyak penuntut ilmu, siswa, mahasiswa, dan ulama yang menimba ilmu dari beliau.
Diantara guru-guru beliau:
- Syaikh Ibrahim bin Hamd bin Jasir, yang merupakan guru pertama dimana beliau mengkaji ilmu kepadanya.
- Syaikh Shalih Bin Utsman, qadhi (hakim) di kota Unaizah. Beliau menimba ilmu darinnya ilmu Fiqh, Ushulul Fiqh, Aqidah Tauhid, Tafsir, Al Qawaid (Gramatika Arab) dan Al Balaghah (dasar-dasar sastra Arab). Beliau menuntut ilmu dan terus mendampinginya (Syaikh Utsman) hingga wafat.
- Syaikh Muhammad Amin Asy Syanqiti yang tinggal di Hijaz. Beliau merupakan pengarang Tafsir Adhwaul Bayan.
Syaikh Abdurahman Bin Nashir As Sa’di ini berpengetauan matang tentang fiqh dan ushulul fiqh, dan berwawasan luas tentang Tauhid dan ilmu-ilmu syar’i lainnya. Hal itu karena beliau banyak meluangkan waktu dan mengkaji literatur-literatur standar dan menaruh perhatian khusus pada karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qoyyim.
Disamping itu beliau sangat menaruh perhatian yang tinggi kepada tafsir di segala jenisnya. Beliau telaah semua itu hingga dapat menguasainya dengan baik, sampai akhirnya beliau pun berandil besar dalam bidang tafsir ini. Diantara karya belian di bidang ini adalah:
Diantara karya beliau yang lain yang sangat baik untuk dimiliki dan dikaji:
- Al Irsyad ila Ma’rifatil Ahkam.
- Ar Riyadh An Nadhirah.
- Bahjatu Qulubil Abrar.
- Manhajus Salikin wa Tawdhihil Fiqh fiddin.
- Hukmu Syurbid Dukhan wa Ba’i’ihi wa Syira’ihi.
- Al Fatawa As Sa’diyah
- 3 Kumpulan Khutbah.
- Al Haqqul Wadhihul Mubin bi Syarhi Tauhidil Anbiya’ wal Mursalin
- Tawdhihul Kafiyati Syafiyah Syarh Nunniyati Ibnul Qayyim
Beliau memeiliki karya-karya ilmiah di bidang Fiqh, Aqidah (Tauhid), Hadits, Ushul Fiqh, dan artikel-artikel tentang pembinaan masyarakat seta fatwa-fatwa tentang berbagai masalah.
Anak Murid
- Syaikh Muhammad bin Soleh al-Uthaimin
Salah seorang murid Syaikh As Sa’di yang termasyhur adalah Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Syaikh Al Utsaimin belajar ilmu tauhid, tafsir, hadits, fiqih, ushul fiqh, ilmu waris, musthalah hadits, nahwu dan sarf.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin pernah memberikan sebuah testimoni tentang guru beliau, Syaikh As Sa’di,
“Saya banyak sekali terpengaruh dengan metode beliau dalam mengajar dan menyampaikan ilmu, bagaimana mempermudah murid-murid beliau agar bisa memahami dengan beragam contoh dan makna-makna. Dan saya juga terpengaruh dengan akhlak beliau karena Asy Syaikh Abdurrahman rahimahullah adalah orang yang memiliki akhlak yang sangat mulia, beliau rahimahullah banyak sekali ilmu dan ibadahnya, beliau terkadang bersenda gurau dengan yang lebih muda, bermurah senyum dengan yang lebih tua. Dia adalah salah seorang yang kulihat paling baik akhlaknya.”
Demikianlah kesaksian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin terhadap guru beliau Syaikh As Sa’di.
- Syaih Abdullah bin Abdul Aziz bin Aqil, salah seorang anggota Hai’ah Ad Daimah bi Majalisil Qadhail A’la – Komite Tetap dalam Mahkamah Agung Kerajaan Saudi Arabia.
Menjelang tutup usia, beliau menderita sakit berat dan mendadak yang merupakan isyarat bagi kedekatan ajal beliau. Dan berpulanglah beliau ke rahmat Allah pada malam Kamis 23 Jumadil Akhir 1376 Hijriyah di kota Unaizah. Beliau telah meninggalkan kesan dan kesedihan yang dalam di lubuk hati setiap orang yang mengenal beliau atau mendengar tentang beliau atau mengkaji karya-karya beliau. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat-Nya yang luas dan mengkaruniakan manfaat bagi kita lewat ilmu dan karya-karya beliau. Amin.