Berusaha Memahami Makna al-Qur’an

22 Disember 2012 § Tinggalkan komen


Berusaha Memahami Makna al-Qur’an

~ iaitu dengan merujuk kitab tafsir yang menitik-beratkan sisi penjelasan makna, selain juga mempelajari kedalaman bahasa, I’rab atau masalah fiqh. Di antara tafsir yang terbaik adalah Tafsir Ibn Kathir dan Tafsir As-Sa’di. (Nikmatnya Membaca al-Qur’an ~ Dr. Said Abdul Adhim, hlm. 77)

~ aspek balaghah yang terbaik menurut Syeikh Ibn Uthaimin rhm adalah Tafsir Zamakhsyari. Hanya sahaja tafsir ini mengundang bencana dari aspek akidah kerana padanya takwilan-takwilan akidah muktazilah. (Syarh Hilyah)

~ dari aspek i’rab ~ Syeikh Muqbil Hadi al-Wad’i rhm pernah mencadangkan Tafsir Fathul Qadir karyan Imam Syaukani.

~ dari aspek fiqh ~ aku tidak tahu yang lebih besar manfaatnya berbanding Tafsir al-Qurtubi.

Kredit kepada rakan FB: Marzuki Abdullah. Jazakallahikhair

Tafsir As-Sa’di : Pengantar Peneliti

31 Oktober 2010 § Tinggalkan komen


KATA PENGANTAR PENELITI

Segala puji hanya milik Allah, kita memujiNya, memohon pertolonganNya, mengharap ampunanNya, dan bertaubat kepada Nya serta kita berlindung kepadaNya dari kejahatan diri kita dan dari keburukan perbuatan-perbuatan kita, barangsiapa yang telah diberi petunjuk oleh Allah maka tidak akan ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang telah disesatkan maka tidak akan ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya, saya bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali hanyalah Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya, dan saya bersaksi bahwa sanya Muhammad adalah hamba dan RasuiNya, shalawat dan salam atasnya, para keluarganya dan para sahabatnya dengan salam yang berlimpah.

Amma ba’du,

Sesungguhnya perhatian yang paling patut untuk diarahkan kepada suatu hal yang harus dipelalari dan pencapaian tujuan yang paling utama untuk diperoleh pengetahuannya adalah sesuatu yang dalam mengetahuinya maka Allah menjadi, ridha dan bagi seorang yang mengetahuinya adalah petunjuk kepada jalan yang lurus, dan bahwasanya hal yang mencakup semua itu bagi orang yang mengharapkannya adalah kitabullah yang tidak ada keraguan padanya dan apa yang diturunkanNya yang tidak ada keraguan terhadapnya, yang berhasil dengan mendapatkan tabungan yang baik dan balasan yang sempurna adalah pembacanya, yang tidak ada padanya kebatilan dari hadapannya maupun dari belakangnya sebagai sesuatu yang diturunkan  oleh Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

Allah menurunkannya kepada NabiNya Muhammad dengan bahasa Arab yang jelas, Allah berkata,

Dan sesungguhnya al-Qur’ an ini benar-benar diturunknn oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (]ibril )  ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang yang memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang jelas’” (Asy-Syu’ara:192-195).

Lalu beliau menyampaikan al-Qur’an itu kepada manusia dengan penyampaian yang benar, dan tidaklah Allah mencabut nyawanya kecuali setelah beliau telah menyampaikan dan menjelaskan apa yang diturunkan kepadanya dalam kitab tersebut sebagaimana kataNya,

Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (An-Nahl : 44)

Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab ini melainkan agar kamu agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereke perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat kepada kaum yang beriman”(An-Nahl: 64).

Ibnu Jarir ketika menafsirkan ayat menyebutkan, “Allah yang tinggi penyebutanNya berkata  kepada NabiNya, Muhammad , “dan tidaklah Kami turunkan kepadamu kitab Kami, dan Kami utuskamu sebagai Rasul kepada makhluk Kami kecuali hanya agar kamu menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan padanya dari agama Allah” .

Dan telah jelas sekali menunjukkan bahwasanya para sahabat telah menerima tafsiran Al-Qur’an dari Rasulullah. Apabila seseorang dari mereka apabila mempelajari sepuluh ayat darinya, ia tidak akan berpindah kepada ayat lain kecuali setelah memahami maknanya dan mengamalkannya.

Abu Abdurrahman as-Sulami seorang pembesar tabi’in berkata, “Kami diberitahu bahawa para sahabat meminta Rasulullah untuk membacakan kepada mereka al-Qur’an. Mereka akan mempelajari 10 ayat dan beramal dengannya. Setelah beramal barulah mereka mempelajari ayat-ayat yang lain. Sehingga kami mempelajari al-Qur’an dan mengamalkan secara keseluruhan.” (Hadith Riwayat Al-Hakim, sahih menurut Adz-Dzahabi dan Ahmad Syakir)

Dan para sahabat, apabila ada suatu kemusykilan, mereka bertanya terus kepada Nabi, seperti ketika turun ayat,

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman.” (Al-An’am: 82)

Maka para sahabat Rasulullah berkata, “Siapakah di antara kami yang tidak menzhalimi dirinya sendiri?”

Beliau berkata,

Tidaklah seperti apa yang kalian katakan, ‘Dan mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengnn kezhaliman’ maksudnya adalah dengan kesyirikan.” (HR Bukhari & Muslim)

Tafsir Sahabat

Kemudian yang menjelaskan dan menafsirkannya setelah Nabi  yang merupakan sebaik-baik manusia dalam penjelasan-nya dan paling jujur keimanannya dan paling dalam keilmuannya adalah para sahabat (yaitu orang-orangyang dengan mereka tegak-

lah al-Qur’an itu, dan dengannya mereka bergerak, dengan mereka al-Qur’an berbicara, dan dengannya mereka berkata orang-orangyang dianugerahkan oleh Allah keilmuan dan hikmah yang merupakan keistimewaan mereka terhadap seluruh pengikut para Nabi).

Mereka itulah para sahabatnya, yang dipilih oleh Allah di antara seluruh makhluk agar menemani NabiNya selama dua puluh tiga tahun, dan al-Qur’an turun kepada mereka dengan bahasa mereka sendiri yang mereka hidup dengarnya maka, mereka membelanya dan mengamalkannya.

Dan ahli tafsir yang paling terkenal di antara mereka adalah para khalifah ar-Rasyian, Ubay Bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah bin az-Zubair.

Dan yang paling terkenal riwayatnya dalam tafsir adalah Abdullah bin Mas’ud yang berkata tentang dirinya, “Demi Allahyang tidak ada Ilah yang berhak disembah selain diriNya, tidaklah satu surat yang diturunkan dari kitabullah, kecuali saya yang paling tahu di mana ia diturunkan, dan tidaklah satu ayat diturunkan dari kitabullah, kecuali saya paling tahu tentang pembahasan yang diturunkan, dan apabila saya mengetahui seseorang yang lebih mengetahui dariku tentang kitabullah di mana unta mampu sampai kepadanya, pastilah saya akan menungganginya kepadanya.” (HR Bukhari)

Dan Abdullah bin Abbas adalah ahli tafsir al-Qur’an yang telah didoakan oleh Nabi  seraya berkata,

“Ya, Allah! pahamkanlah ia dalam agama, dan ajarkanlah ia tafsir” (HR Ahmad, sahih menurut Ahmad Syakir).

Ibnu Mas’ud berkata tentangnya, “Sebaik-baik ahli tafsir al-Qur’an adalah Ibnu Abbas” (HR Ahmad, hassan menurut Ibn Hajar al-Asqalani)

Tafsir Tabi’in

Kemudian tafsir ini setelah para sahabat dilanjutkan oleh para Tabi’in, khususnya para sahabat Abdullah bin Abbas di Makkah seperti Mujahid, Said Bin Jabir dan semisal mereka. Mujahid ber-kata, “saya ajukan sebuah mushaf kepada Ibnu Abbas dengan

tiga kali pengajuan dari pembukaannya hingga penutupnya dan, berhenti pada setiap ayat darinya lalu saya menanyakan tentang ayat itu kepadanya”. Oleh karena itu, ats-Tsauri berkata,”Apabila kamu mendapatkan tafsir dari Mujahid, maka cukuplah bagimu.”

Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata, “oleh karena itulah yang bersandar kepada tafsirnya adalah Asy-syafi’i dan Bukhari serta selain mereka berdua dari para ulama, demikian juga Imam Ahmad dan lain-lainnya dari orang-orang yang mengarang tafsir selalu mengulang-ulang jalan dari Mujahid lebih banyak dari jalan selainnya.”

Demikian juga para sahabat Abdullah bin Mas’ud  seperti Alqamah, Masruq dan semisal mereka, Ibnu Mas’ud berkata,”Tidaklah saya membaca sesuatu dan tidak pula saya mengetahui-nya kecuali Alqamah membacanya dan mengetahuinya’. (Siyar A’lam an-Nubala)

Dan al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani memiliki perincian yang memadai yang tidak mungkin dapat ditinggalkan oleh seorang yangmembaca buku-buku tafsir agar mengetahui isnad-isnad yang paling populer yang diriwayatkan dari para Tabi’in dan orang-orang setelahnya, beliau menjelaskan dalamnya kondisi orang yang meriwayatkan tafsir dari para Tabi’in dan orang-orang setelahnya.

Maksudnya adalah kita dapat mengetahui bahwasanya para sahabat dan Tabi’in telah menafsirkan al-Qur’an, mereka telah menjelaskan lafazh beserta makna-maknanya, maka kewajiban kita adalah mereferensikan perkataan mereka apabila kita tidak mendapatkan suatu tafsir dari al-Qur’an atau Sunnah. Adapun perselisihan yang terjadi di antara mereka dalam hal ini sangat sedikit sekali,bahkan jarang terjadi, dan sebagian besar perselisihan yang ada diantara mereka itu adalah perselisihan bentuk dan bukan perselisihan yang saling bertentangan, hal ini sebagaimana disebutkan dan dijelaskan oleh syaikh Islam Ibnu Taimiyah dalam”Muqaddimah at-Tafsir“.

Kemudian para ulama memfokuskan perhatiannya kepada kompilasi agar dapat mengumpulkan tafsir-tafsir para sahabat . Adapun para Tabi’in yang bersandar kepada mereka seperti Ibnu Jarir ath-Thabari, Ibnu al-Mundzir, Ibnu Abi Hatim, dan Abd bin Humad. Ibnu Hajar berkata, “Tafsir-tafsir yang empat ini sedikit sekali ada sesuatu yang menyimpang dalam tafsir yang marfu’ dan mauquf pada para sahabat dan maqthu’ dari para-Tabi’in.”

Kemudian berturut-turutlah setelah itu para ulama mengarang tafsir dengan perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka dalam madzhab-madzhab mereka, akidah-akidah mereka, dan perhatian ilmiah mereka. Dan di antara mereka yang mengarang dalam bidang itu adalah Abu Muhammad bin ar-Husiin al-Baghawi (w 56H), Abu al-Faraj Abdurrahiran bin al-Jauzi (w 596 H), Abu Abdullah Muhammad bin Umar ar-Razi (w 606 H), Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi (w 677 H), Abu Abdullah Muhammad bin Yusuf bin Hayyan an-Nahwi al-Andalusi (w 745 H), al-Hafizh Imaduddin Abu al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir (w 774 H), Abdurrahman ats-Tsa’alabi (w 876 H), Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi (w 9ll H), Muhammad bin Ali asy-Syaukani (w  1250 H), Mahmud Syihabuddin al-Alusi (w 1270 H), Muhammad Jamaiuddin al-Qasimi (w 1332 H), Muhammad al-Aminbin Muhammad al-Mukhtar al-Jakni asy-Syinqithi  (w 1393 H), dan lain sebagainya dari para ulama kaum muslimin yang telah menulis dalam ilmu tafsir.

Ibnu Jarir berkata, “sebaik-baik ulama penafsir yang paling hampir dengan kebenaran dalam menafsirkan al-Qur’an adalah yang paling jelas hujjahnya pada tafsiran maupun takwilannya, di mana takwil-nya itu berasal dari Rasulullah tanpa umatnya dari riwayat-riwayat Rasulullah yang benar, baik dari segi periwayatan yang banyak atau dari segi perawi-perawi yang adil dan kuat atau dari segi penunjukan makna yang dinisbatkan atas keabsahannya, dan mereka paling shahih keterangannya terhadap apa yang diterjemahkan dan apa yang dijelaskan dalam hal itu di mana dia diketauir ilmunya dari segi lisannya, baik dengan keterangan-keterangan dari syair-syair yang berlaku, atau dari loghat mereka dan bahasa mereka yang mendalam dan terkenal, siapa pun dia orangnya dari penafsirdan penakwil, setelah tafsiran dan takwliannya tidak menyimpang dari pendapat-pendapat para salaf dari para sahabat, para pemimpin umat dan para khalaf dari para Tabi’in dan ulama umat.”

Dan di antara karangan-karangan dalam bidang tafsir yang diakui dan dipuji oleh para ulama pada zarnan sekarang ini, memperoleh ketenaran yang begitu luas dan ditakdirkan oleh Allah mendapatkan tempat yang cukup baik dalam hati kaum muslimin adalah tafsir Syaikh al-Allamah Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di (w 1376 H).  Hal ini disebabkan karena keistimewaan bukinya tersebut dalam beberapa hal:

Pertama. Kesungguhan penulis dalam membuat tafsir yang ringkas hanya sebatas makna global. Kebanyakan  penafsir al-Qur’an itu tidak lepas membahas secara panljnq lebar bahkan hingga menyimpang dari topik tafsirannya dari kitabullah, atau mereka membatasi diri membahas makna-makna bahasa atau fiqhiyah saja, maka beliau menghendaki dalam tafsirannya itu untuk membahas makna yang dimaksudkan oleh ayat sedangkan lafazhnya hanya sebagai jambatan baginya agar manusia dapat mengetahui makna kalam Aalah hingga mereka dapat mengambil petunjuk dari pengetahuan tentangnya, dan berikhlak dengan akhlaknya dan adab-adabnya dengan memakai metode  yang paling mendekati.

Kedua. Pilihan-pilihan syaikh yang dihasilkan oleh kecerdikan akalnya, kejernihan hatinya, kecepatan pikirannya terhadap perkataan-perkataan para salaf dari para sahabat, para tabi’in dan para ulama umat’ yangdisebutkan dalam tafsir, sehingga beliau seolalah-olah mengumpulkan perkataan dan pendapat yang muncul dalam tafsir makna ayat kemudian beliau mengungkapkannya dengan gaya bahasa yang telah diketahui.

Ketiga. Tafsir beliau diistimewakan juga dengan kata-katan yang sederhana dan penjelasannya yang mudah dimengerti, yang tidak dipaksa-paksakan dan tidak ruwet, juga tidak bertele-tele dan memaniang-manjangkan, yaitu dengan suatu gaya yang dapat dipahami oleh orang yang berilmu maupun yang tidak.

Keempat. Penyusunan kalimat yang begitu rapi dan mengaitkan suatu kalimat dengan kalimat yang lain yang sesuai tanpa ada kesusahan dalam merangkai ungkapannya, dan inilah suatu hal yang paling menonjol dari tafsir beliau.

Kelima. Buku ini mengandung banyak faedah ilmiah dan pendidikan yang disarikan dari kitabullah yang dijelaskan oleh penulis di sela-sela perbahasannya terhadap tafsir ayat, faedah-faedah itu sangatlah beragam dari segi tauhid, fikih, sirah, nasihat-nasihat, akhlak dan lain-lainnya.

Keenam. Inilah keistimewaan yang terpenting adalah terhindarnya buku tafsir ini dari takwil-takwil yang keliru, hawa nafsu, bid’ah, dan Israiliyat. Pengarangnya bersandar dari teks-teks-Qur’an dan as-Sunnah, dan beliau juga mengikuti riwayat-riwayat yang disebutkan dari as-Salaf ash-Shalih.Yang kulakukan dalam buku ini;

1. Saya sangat memperhatikan harakat teks buku tersebut, dan saya berusaha untuk menerbitkannya dengan terhindar dari kalimat yang hilang, menyimpang dan kesalahan cetak yang terdapat pada cetakan-cetakan sebelumnya, hal ini saya lakukan dengan bersandar kepada naskah asli pertama, ada pun kalimat yang hilang yang terdapat padanya ketika penyalinan maka sesungguhnya saya membandingkannya dengan naskah asli kedua lalu saya berikan dua tanda kurung buka dan tutup padanya seperti ini (…).

Sebagaimana juga saya berusaha menjelaskan perbedaan yang paling menonjol antara salinan-salinan tersebut pada catatan kaki dengan maksud melakukan peringkasan. Adapun bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh tentang hal itu maka lihat kembali cetakan pertama dari buku ini yang berjumlah empat jilid.

2. Saya juga melakukan pengoreksian terhadap beberapa ayat yang dijadikan sebagai bukti penguat keterangan dari penulis di sela-sela tafsirannya tanpa ada isyarat kepada hal itu dan saya, kecuali ayat-ayat yang menjadi topik tafsiran penulis maka saya memberikan isyarat kepadanya pada catatan kaki.

3. Sebenarnya ada beberapa ayat yang terlewatkan oleh penulis yang tidak ditafsirkan, sesungguhnya hal ini telah saya jelaskan pada catatan kakinya.

4. Saya berikan sandaran bagi hadits-hadits yang disebutkan dalam tafsir ini.

Akhirnya, Saya memohon kepada Allah semoga saja saya telah dibimbing dalam menerbitkan buku tafsir ini dengan gambaran yang saya kira sesuai dengan yang dikehendaki oleh penulis dalam buku tersebut, maka apapun yang benar maka hal itu ada-lah dari bimbingan Allah, dan apa pun yang salah maka dari saya pribadi dan dari setan la1u saya memohon ampunan kepada Allah darinya, dan semoga Al1ah memberikan ganjaran sebaik-baiknya bagi seluruh pihak yang telah memberikan maklumat kepada saya dengan berbagai saran dan pengoreksiannya, agar saya dapat melaksanakan perbaikan pada cetakan-cetakan di masa yang akan datang, insya Allah. Demikian juga saya memohon kepada A1lah agar menjadikan usaha saya ini hanya tulus ikhlas karenaNya semata, dan menetapkan balasan dan ganjaran untuk saya, karena Dia adalah DzatYang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.Shalawat dan salam runtuk Nabi kita Muhammad, beserta para keluarga dan sahabatnya semua.

Sa’d bin Fawwaz ash-Shamil

Tafsir As-Sa’di : Pendahuluan Penulis

31 Oktober 2010 § Tinggalkan komen


PENGANTAR PENULIS

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji hanya milik Allah Dzat yang telah menurunkan kepada hambaNya sebuah pembeda yang mampu membedakan antara yang halal dan haram, orang-orang yang bahagia dan orang-orang yang celaka, dan kebenaran dan kebatilan, dan Dia menjadikan pembeda tersebut dengan rahmatNya sebagai petunjuk bagi seluruh manusia secara umum dan bagi orang-orang yang bertakwa secara khusus, dari kesesatan kekufuran, kemaksiatan dan kebodohan, kepada cahaya keimanan, ketakwaan dan keilmuan dan Dia menurunkan, pembeda itu sebagai penyembuh bagi jiwa-jiwa dari penyakit-penyakit syubhat dan syahtwat, dan dapat memperoleh dengannya keyakinan dan keilmuan, pada cita-cita yang tinggi dan penyembuh bagi tubuh  dari penyakit-penyakitnya, kekurangannya dan segala rasa sakitnya.

Dan Dia memberi khabar bahwasanya pada pembeda itu tidak ada keraguan dan tidak ada kebimbangan dengan segala bentuknya, karena ia mengandung kebenaran yang agung dalam segala khabar-khabarnya, perintah-perintahnya,  dan larangan-larangannya, dan Dia turunkan dengan kondisi diberkahi, padanya banyak sekali kebaikan, ilmu yang-melimpah, rahsia-rahsia yang indah, cita-cita yang luhur, segala keberkahan dan kebahagiaan akan dapat diperoleh di dunia maupun akhirat yaitu disebabkan dengan tindakan mengambil petunjuk kepadanya dan mengikutinya, dan Dia menjelaskan bahwasanya al-Kitab tersebut membenarkan dan mengakhiri segala kitab-kitab yang terdahulu, maka apa yang dibenarkan olehnya itulah kebenaran dan apa yang ditolak olehnya maka itulah yang tertolak karena ia meliputi semua buku-buku tersebut dan melengkapinya, Allah berkata,

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaanNya kepada jalan keselamatannya” (Al-Maidah : 16)

Ia adalah penunjuk kepada negeri keselamatan, pemberi penjelasan tentang jalan yang menyampaikan kepadanya, sebagai pemberi himbauan terhadapnya, sebagai penyingkap jalan-jalan yang menyampaikan kepada negeri kesengsaraan dan sebagai pemberi peringatan darinya, Allah berfirman mengabarkan tentang hal tersebut,

“Suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi Allah yang Mahabijaksana Lagi Mahatahu.” (Hud: 1)

Ia menjelaskan semua ayat-ayatnya dengan penjelasan yang sempurna, mengukuhkannya dengan segala pengukuhan dan merincinya dengan membedakan segala kebenaran dari kebatilan dan kelurusan dari kesesatan dengan rincian yang menyingkap segala kesamaran, karena ia bersumber dari Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, maka ia tidak akan memberi khabar kecuali dengan jujur, kebenaran dan keyakinan, dan ia tidak memerintahkan kecuali kepada keadilan, kebaikan dan kebaktian, serta ia tidak melarang kecuali dari hal-hal yang berbahaya baik urusan agama maupun urusan dunia.

Allah juga bersumpah dengan al-Qur’an dan menjelaskan bahawa ia adalah al-Majid, sedangkan al-Majid itu adalah luas dan kebesarannya segala sifat, hal itu karena luasnya makna al-Qur’andan kebesarannya, juga Allah menjelaskan bahwa ia adalah yang memiliki pelajaran, maksudnya menjadi pelajaran dengannya ilmu-ilmu ketuhanan, akhlak yang mulia, dan perbuatan-perbuatan yang shalih, dan yang dijadikan nasihat bagi orang yang takut.

Allah berkata,

Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf :2)

Dan Allah menurunkannya dengan bahasa itu agar kita dapat memahaminya dan mendalaminya, dan Dia memerintahkan kepada kita untuk merenungkannya, memikirkan isinya, menyimpulkan segala ilmunya, dan semua hal itu tidaklah demikian kecuali kerana penelaahannya merupakan kunci dari segala kebaikan, jalan menuju pengetahuan dan rahsia. Oleh karena itu, milik Allah segala pujian dan rasa syukur, yang telah menjadikan bukuNya itu sebagai petunjuk, penyembuh, rahmat dan cahaya, pencerahan dan peringitan, keberkahan serta hidayah dan berita gembira bagi kaum muslimin.

Apabila hal ini telah diketahui, maka terlihatlah betapa perlunya setiap orang yang telah baligh untuk mengetahui makna-makna al-Qur’an dan menjadikannya sebagai petunjuk. Maka sangat pantaslah bagi seorang hamba untuk berusaha keras, mengeluarkan segala dayanya dalam mempelajari, dan mendalaminya dengan metode yang paling dekat untuk memahami Al-Qur’an.

Sesungguhnya telah banyak sekali tafsir-tafsir pata ulama terhadap kitabullah ini, ada mufassir yang panjang lebar hingga keluar pada sebagian besar pembahasannya dari yang dimaksudkan, ada juga yang sangat sederhana sekali yang hanya mencukupkan dengan menyelesaikan makna bahasanya saja terlepas dari makna yang dikehendaki.

Dan yang seharusnya dilakukan adalah menjadikan makna itulah yang dimaksudkan sedangkan lafazh hanyalah sebagai jembatan kepadanya, maka ia harus memperhatikan konteks pembicaraan, dan untuk apa ia dipakai dalam konteks tersebut, lalu ia membandingkannya dengan hal yang serupa objek pembahasan tempat yang lain, sehingga ia tahu bahwa hal itu dipakai untuk memberikan petunjuk kepada seluruh makhluk, yang berilmu dari mereka mahupun yang bodoh, orang kota maupun orang desa. Maka memperhatikan konteks ayat dengan mengetahui tentang kondisi-kondisi Rasulullah dan kehidupannya bersama para sahabatnya dan musuh-musuhnya saat turunnya ayat tersebut adalah di antara hal yang paling besar dalam rangka mengetahui kitab tersebut dan memahami maksudnya, khususnya bila ditambah juga dengan pengetahuan dasar tentang bahasa Arab dalam berbagai macamnya.

Barangsiapa yang diberi taufiq dengan hal itu semua, maka wajiblah baginya mulai merenungkan, mendalami, banyak memikirkan lafazh-lafazhnya, makna-maknanya, segala perkara yang bersamanya, segala perkara yang dikandungnya dan segala hal yang dimaksudkan oleh konteks maupun teksnya, dan apabila ia telah mengerahkan segala upayanya dalam hal itu maka pastilah Allah lebih dermawan dari hambaNya, pastilah Dia akan membukakan baginya dari ilmu-ilmuNya beberapa perkara yang tidak mungkin dapat diperoleh hanya dari pencahariannya.

Ketika sang Pencipta menganugerahkan kepada saya dan kepada saudara-saudara saya untuk menyibukkan diri dengan kitabNya yang mulia sesuai dengan kondisi yang ada pada kami, saya sangat senang sekali untuk menguraikan buku tafsir kitabullah dengan segala yang mampu saya berikan, dan dengan segala sesuatu yang telah dianugerahkan kepada kami. Tujuannya agar menjadi kenang-kenangan bagi orang-orang yang berusaha, alat bantu bagi para cendekiawan, penolong bagi para penjelajah. Dan saya menulisnya juga karena takut akan hilang. Saya tidak memberi fokus pada permasalahan lafazh dan tata bahasa, sebaliknya hanya fokus kepada makna yang ingin disampaikan. Ini kerana hal-hal itu telah dilakukan oleh para pentafsri terdahulu. Semoga Allah memberi mereka balasan kebaikan kepada mereka.

Dan kepada Allah saya mengharap dan kepadaNya saya bersandar agar Dia memudahkan apa yang saya inginkan dan menundukkan untuk saya apa yang saya kehendaki. Jika Allah tidak memudahkanku maka tidaklah ada jalan bagi saya untuk memperolehnya. Dan jika Dia tidak memberi pertolongan atas pekerjaan itu maka pastilah tidak ada jalan bagi seorang hamba untuk menggapai cita-citanya.

Dan saya memohon kepada Allah agar menjadikan usaha ini ikhlas hanya untukNya semata, dan agar memberi manfaat secara umum dengannya, karena Dia-lah Dzat Yang Maha Dermawan lagi Maha Mulia. Ya Allah! sampaikan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya dengan selawat yang penuh berlimpah.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah.

Sumber : Terjemahan Tafsir As-Sa’di (jilid pertama).

Pujian Ilmuwan dan Sarjana Islam kepada Syaikh As-Sa’di

28 Oktober 2010 § Tinggalkan komen


PUJIAN PARA ULAMA TERHADAP

Syaikh Al-Allamah Abdurrahman As-Sa’di ,

1. Syaikh Abdul Aziz bin Baz

“… Beliau sangat faham dan sangat memperhatikan pengetahuan tentang pendapat yang paling kuat dari permasalahan khilafiyah (perbezan pendapat) dengan dalil. Dan beliau sangat memberi perhatian terhadap buku-buku Syaikh Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya al-Allamah Ibnu a1-Qayyim. Beliau juga selalu memilih pendapat yang didukung oleh dalil. Saya  bersamanya tidak hanya sekali saja saat di Makkah maupun di Riyadh. Beliau sangat sedikit sekali berbicara kecuali untuk hal yang membuahkan faedah seperti perkara-perkara ilmu, sangat rendah hati, baik perangainya. Sesiapa yang membaca buku-bukunya niscaya akan mengetahui keutamaannya, keilmuannya dan perhatiannya terhadap dalil. Akhirnya semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas”.

2. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani

Syaikh yang terhormat Muhammad Nashiruddin al-Albani ditanya tentang pendapatnya mengenai buku tafsir Syaikh Abdurrahman bin Sa’di dan beliau menjawab,

“Buku tafsir itu sangat baik, dan memiliki pembahasan yang baik pu1a, walaupun sebenarnya telaah saya terhadap buku tersebut sedikit sekali, namun menurut batas pengetahuanku terhadapnya jelas sekali bahwa pengarang itu berpendapat dan berpandangan bebas dengan memegang batasan aturan-aturan syariat dan beliau tidak menampakkan keterbelakangan dan fanatisme apa pun. Saya pernah bertemu dengan beliau di Damaskus kira-kira empat puluh tahun yang lalu saya menuntut ilmu yang banyak darinya. Saya melihat pada dirinya kerendahan hati para ulama’. Beliau juga seperti seluruh ulama Najd yang selalu mengingatkan kita kepada akhlak para ulama’ terdahulu dan kerendahan hati mereka. Beliau tidak seperti sebilangan ilmuwan yang lain, lantaran ilmunya mereka menjadi tertipu dan sombong..”

3. Syaikh Abdurrazzaq Afifi

‘.. Sesungguhnya barangsiapa yang membaca karangan-karangannya -Ibnu Sa’di-, menelaah tulisan-tulisannya, mengikuti jejak kehidupannya, niscaya akan mengetahui kegigihan dalam melayani ilmu baik penelaahan maupun pengajaran, mendapatkan darinya sejarah hidup yang baik, kemuliaan akhlak, tabiat yang lurus, adil kepada saudara-saudaranya dan murid-muridnya dari dirinya sendiri, mencari keselamatan dari hal-hal yang menimbulkan kejelekan atau mendorong kepada perselisihan untuk perpecahan. Akhirnya semoga Allah merahmatinya  dengan rahmat yang luas…”.

4. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin

“‘.. Sesungguhnya orang ini sangat sedikit sekali didapatkan bandingan  pada masanya dalam ibadahnya, ilmunya, dan akhlaknya, di mana dia bergaul kepada semuanya dari yangg kecil maupun yang besar sesuai dengan kondisinya yang sepatutnya, memeriksa kondisi orang-orang miskin lalu memberikan pada mereka segala sesuatu yang dapat menutupi kebutuhannya dengan tangannya sendiri, ia sangat sabar dari apa yang menyakitinya dari ejekan orang, dan ia suka memaafkan bagi orang yang terjatuh dalam ketergelinciran lalu memberikan pengarahan yang membaut orang tersebut mendapatkan maaf…”

5. Syaikh Muhammad llamid al-Faqi

“… sungguh saya telah mengenal Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-sa’di lebih dari dua puluh tahun, saya mengenalnya sebagai seorang ulama yang salafi, peneliti lagi pentahqiq yang mencari dalil-dalil yang benar, menyelidiki keterangan-keterangan yang kuat lalu ia mengikutinya dari belakang dan tidak menyimpang dengan sesuatu pun…”

“… Saya mengenalnya sebagai seorang ulama yang salafi yang memahami Islam dengan pemahaman yang benar, dan dikenal pada dirinya terdapat dakwah yang gigih dan jujur untuk selalu berusaha melakukan segala hal yang menjadi sebab-sebab penghidupan yang mulia, kuat,luhur dan bersih…”.

Pujian Syaikh al-Albani Terhadap Tafsir As-Sa’di

28 Oktober 2010 § Tinggalkan komen


Syaikh yang terhormat Muhammad Nashiruddin al-Albani ditanya tentang pendapatnya mengenai buku tafsir Syaikh Abdurrahman bin Sa’di dan beliau menjawab,

“Buku tafsir itu sangatlah baik, dan memiliki pembahasan yang baik pula, walaupun sebenarnya telaah saya terhadap buku tersebut sedikit sekali, namun menurut batas pengetahuanku terhadapnya jelas sekali bahwa pengarang itu berpendapat dan berpandangan bebas dengan memegang batasan aturan-aturan syariat dan beliau tidak menampakkan kejumudan dan fanatisme. Saya pernah bertemu dengan beliau di Damaskus kira-kira empat puluh tahun yang lalu, saya menuntut ilmu yang banyak darinya. Saya melihat pada dirinya kerendahan hati para ulama’. Beliau juga seperti seluruh ulama Najd yang selalu mengingatkan kita kepada akhlak para ulama’ terdahulu dan kerendahan hati mereka. Beliau tidak seperti sebilangan ilmuwan yang lain, lantaran ilmunya mereka menjadi tertipu dan sombong..”

Sumber : Terjemahan Tafsir As-Sa’di (jilid 1), Pustaka Sahifa 2007 dengan beberapa penyesuaian kepada Bahasa Melayu.

Tafsir As-Sa’di : Komentar Syaikh Muhammad Bin Salih al-Uthaimin

27 Oktober 2010 § 1 Komen


KATA PENGANTAR,

SYAIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN

Segala puji hanya milik Allah Rabb sekalian alam, shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad, para keluarganya, para sahabatnya dan orang-oran g y angmengikutinya dengan baik hingga akhir zaman.

Amma ba’du, sesungguhnya tafsir Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di berjudul “Taisir al-Karim ar-Rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannin”, adalah sebaik-baik tafsir, karena memiliki keistimewaan yang banyak; di antaranya adalah gaya bahasa yang sederhana dan jelas yang dapat langsung dimengerti oleh orang yang berilmu maupun yang bodoh. Keistimewaan lainnya adalah menghindari kalimat-kalimat sisipan dan bertele-tele yang tidak ada manfaatnya kecuali hanya akan membuang-buang waktu pembaca dan membingungkan pikirannya. Yang lainnya adalah menghindari penyebutan perseilsihan pendapat kecuali perselisihan dasar yang harus disebutkan, dan yang terakhir ini adalah untuk keistimewaan yang paling penting bagi pembaca budiman hingga pemahamarrrya hanya terfokus pada satu hal saja.

Keistimewaan lain adalah berjalan di atas manhaj salaf pada ayat-ayat sifat yang tidak ada penyimpanan dan tidak ada takwil yang bertentangan dengan maksud Allah dalam firmanNya, dan itulah patokan dalam pengukuhan akidah.

Keistimewaan lain adalah keterincian pengambilan kesimpulan yang ditunjukkan oleh ayat-ayat berupa faedah, hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya,hal ini sangatlah nampak jelas dalam beberapa ayat, seperti ayat wudhu dalam surat al-Maidah, di mana ia mengambil kesimpulan darinya sebanyak lima puluh hikmah, sebagaimana juga dalam kisah Daud dan Sulaiman dalam surat Shad.

Di antara keistimewaannya adalah bahwasanya buku ini adalah buku tafsir dan panduan pendidikan terhadap akhlak-akhlak yang luhur, di mana hai itu nampak jelas pada tafsir suatu ayat dalam surat a1-A’raf,

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Al-A’raf: 199).

Untuk itu saya memberi saran kepada orang-orang yang hendak memiliki buku tafsir agar tidak ketinggalan untuk mengoleksi perpustakaannya dengan buku tafsir yang indah ini.

Dan saya memohon kepada Allah agar memberikan manfaat dengannya kepada penulisnya dan pembacanya, karena sesungguhnya Dia-lah Dzat Yang Mulia dan Dermawan, serta shalawat dan salam kepada Nabi kitaMuhammad  para keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya dengan baik.

Ditulis oteh Muhammad Shalih al-Utsaimin

Tanggal, 22-3-1421 H.

Sumber : Terjemahan Tafsir As-Sa’di (jilid 1). Pustaka Sahifa 2007.

Tafsir As-Sa’di : Komentar Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Aqil

27 Oktober 2010 § Tinggalkan komen


KATA PENGANTAR

SYAIKH ABDULLAH BIN ABDUL AZIZ BIN AQIL

Segala puji milik Allah  semata, kemudian setelah itu; sesungguhnhya Syaikh Sa’d bin Fawwaz ash-Shamil telah memperlihatkan kepada saya beberapa contoh dari Tafsir Syaikh kita, al-Allamah Abdurrahman as-Sa’di, dan beliau mengutarakan tekadnya yang kuat untuk menerbitkan kembali buku tersebut setelah beliau  mendapatkan naskah asli tulisan tangan yang telah diperbaiki, dan beliau berjanji untuk berusaha meneliti dan mengoreksi asalnya, serta membuatnya dengan karakteristik sebagaimana yang telah dikarangoleh penulisnya tanpa ada perubahan yang dapat menjadi cacat karenanya dengan memperhatikan penggunaan tanda baca dan mentakhtrij hadits-hadits serta memperbaiki apa yang terlewatkan pada cetakan-cetakan sebelumnya, maka saya sangat menghargai sekali kehendak yang berkah ini, dan saya mendoakan baginya bimbingan dan pertolonganNya.

Pada dasarnya Allah  telah menganugerahkan kepada tafsir ini penerimaan kaum muslimin terhadapnya, bahkan disiarkan melalui program siaran al-Qur’an al-Karim dua kali setiap harinya di Kerajaan Arab Saudi, dan juga dibacakan kepada jamaah shalat

masjid-masjid., serta diajarkan pada halaqah-halaqah beberapa  syaikh. Sesungguhnya buku ini telah dicetak dengan beberapa cetakan, akan tetapi sangat disayangkan sekali cetakan-cetakan tersebut tidak luput dari kesalahan-kesalahan, dan di antaranya disebabkan dari tindakan para pemberi komentar.

Tafsir yang satu ini termasuk tafsir yang paling berguna dan yang paling mudah dimengerti karena gaya bahasanya yang mudah, struktur yang sederhana, dan makna yang jelas, terlepas dari keruwetan, cerita-cerita riwayat Ahl al-Kitab (Israiliyat) dan permasalahan-permasalahan i’rab serta penyebutan perselisihan. Dan yang paling penting adalah benar dalam menafsirkan ayat-ayat sifat, dimana penulisnya menafsirkan ayat-ayat tersebut menurut metode salaf, di samping adanya kesimpulan-kesimpulan yang sangat terpercaya, serta mengungkapkan faedah-faedah yang diambil dari setiap ayat yang dilewatinya pada posisinya masing-masing tanpa memalingkan pada posisi yang lainnya.

Dan cukuplah bagi anda apa yang diarahkannya berupa akhlak Islam yang terpuji, hikmah-hikmah kenabian dan adab-adab sesuai syariat, semua itu beliau kemas dalam gaya bahasa yang mudah lagi jelas, yang dapat dipahami langsung oleh seluruh masyarakat dan berguna bagi para penuntut ilmu. Di mana pada hakikatnya buku itu sangatlah mudah dan enak dibaca, dan saya terus akan berharap dan berdoa kepada Allah agar memudahkan bagi buku tafsir ini orang-orang yang mampu menerjemahkannya ke dalam salah satu bahasa-bahasa asing apalagi bahasa Inggris, dan semoga saja Allah memberikan manfaat di negeri sana karena merupakankan ajakan yang paling jitu kepada agama Islam, dan dengan Allahlah segala bimbingan.

Abdullah bin Abdul Aziz bin Aqil

Dengan memuji Allah dan shalawat serta salam atas Nabi kita

Muhammad, para keluarga dan para sahabatnya semua

Mantan Ketua al-Hai’ah ad-Daimah pada Majlis al-Qadha al-A’la

Sumber : Terjemahan Tafsir As-Sa’di (Jilid 1), Pustaka Sahifa 2007

Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di (1889-1956)

22 Oktober 2010 § 2 Komen


Beliau adalah seorang ulama terkemuka Syaikh Abdurahman Bin Nashir Bin Abdullah Alu Sa’di. Lahir di kota Unaizah, Gasim, sebuah daerah di Nejd, Arab Saudi. Kedua orang tuanya telah wafat semasa beliau masih kecil. Beliau dikurnia kecerdasan dan daya tangkap yang tinggi serta minat besar untuk menuntut ilmu. Beliau menghafal qur’an sejak dini dan mengkhatamkan hafalannya dengan baik pada usia 12 tahun. Setelah itu beliau memulai menuntut ilmu-ilmu syar’i yang lain. Beliau menimba ilmu dari para ulama-ulama lain yang masuk kesana. Ia curahkan tenaga untuk menuntut ilmu sampai meraih berbagai ilmu dan pengetahuan yang sangat memadai.

Pada usia 23 tahun, dalam berdedikasi kepada ilmu, beliau memulai memadukan antara belajar dan mengajar, mencari dan memberi. Beliau isi seluruh waktu semasa hidup beliau untuk aktivitas itu. Banyak penuntut ilmu, siswa, mahasiswa, dan ulama yang menimba ilmu dari beliau.

Diantara guru-guru beliau:

  1. Syaikh Ibrahim bin Hamd bin Jasir, yang merupakan guru pertama dimana beliau mengkaji ilmu kepadanya.
  2. Syaikh Shalih Bin Utsman, qadhi (hakim) di kota Unaizah. Beliau menimba ilmu darinnya ilmu Fiqh, Ushulul Fiqh, Aqidah Tauhid, Tafsir, Al Qawaid (Gramatika Arab) dan Al Balaghah (dasar-dasar sastra Arab). Beliau menuntut ilmu dan terus mendampinginya (Syaikh Utsman) hingga wafat.
  3. Syaikh Muhammad Amin Asy Syanqiti yang tinggal di Hijaz. Beliau merupakan pengarang Tafsir Adhwaul Bayan.

Syaikh Abdurahman Bin Nashir As Sa’di ini berpengetauan matang tentang fiqh dan ushulul fiqh, dan berwawasan luas tentang Tauhid dan ilmu-ilmu syar’i lainnya. Hal itu karena beliau banyak meluangkan waktu dan mengkaji literatur-literatur standar dan menaruh perhatian khusus pada karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qoyyim.

Disamping itu beliau sangat menaruh perhatian yang tinggi kepada tafsir di segala jenisnya. Beliau telaah semua itu hingga dapat menguasainya dengan baik, sampai akhirnya beliau pun berandil besar dalam bidang tafsir ini. Diantara karya belian di bidang ini adalah:

  1. Taisirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Manan (8 juz). Kitab tafsir ini sedang diterjemah ke dalam bahasa Indonesia oleh Pustaka Sahifa.
  2. Taisirul Lathifil Mannan fi Khulasati Tafsiril Qur’an.
  3. Al Qawa’idul Hisan li Tafsirl Qur’an

Diantara karya beliau yang lain yang sangat baik untuk dimiliki dan dikaji:

  1. Al Irsyad ila Ma’rifatil Ahkam.
  2. Ar Riyadh An Nadhirah.
  3. Bahjatu Qulubil Abrar.
  4. Manhajus Salikin wa Tawdhihil Fiqh fiddin.
  5. Hukmu Syurbid Dukhan wa Ba’i’ihi wa Syira’ihi.
  6. Al Fatawa As Sa’diyah
  7. 3 Kumpulan Khutbah.
  8. Al Haqqul Wadhihul Mubin bi Syarhi Tauhidil Anbiya’ wal Mursalin
  9. Tawdhihul Kafiyati Syafiyah Syarh Nunniyati Ibnul Qayyim

Beliau memeiliki karya-karya ilmiah di bidang Fiqh, Aqidah (Tauhid), Hadits, Ushul Fiqh, dan artikel-artikel tentang pembinaan masyarakat seta fatwa-fatwa tentang berbagai masalah.

Anak Murid

  1. Syaikh Muhammad bin Soleh al-Uthaimin

Salah seorang murid Syaikh As Sa’di yang termasyhur adalah Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Syaikh Al Utsaimin belajar ilmu tauhid, tafsir, hadits, fiqih, ushul fiqh, ilmu waris, musthalah hadits, nahwu dan sarf.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin pernah memberikan sebuah testimoni tentang guru beliau, Syaikh As Sa’di,

Saya banyak sekali terpengaruh dengan metode beliau dalam mengajar dan menyampaikan ilmu, bagaimana mempermudah murid-murid beliau agar bisa memahami dengan beragam contoh dan makna-makna. Dan saya juga terpengaruh dengan akhlak beliau karena Asy Syaikh Abdurrahman rahimahullah adalah orang yang memiliki akhlak yang sangat mulia, beliau rahimahullah banyak sekali ilmu dan ibadahnya, beliau terkadang bersenda gurau dengan yang lebih muda, bermurah senyum dengan yang lebih tua. Dia adalah salah seorang yang kulihat paling baik akhlaknya.”

Demikianlah kesaksian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin terhadap guru beliau Syaikh As Sa’di.

  1. Syaih Abdullah bin Abdul Aziz bin Aqil, salah seorang anggota Hai’ah Ad Daimah bi Majalisil Qadhail A’la – Komite Tetap dalam Mahkamah Agung Kerajaan Saudi Arabia.

Menjelang tutup usia, beliau menderita sakit berat dan mendadak yang merupakan isyarat bagi kedekatan ajal beliau. Dan berpulanglah beliau ke rahmat Allah pada malam Kamis 23 Jumadil Akhir 1376 Hijriyah di kota Unaizah. Beliau telah meninggalkan kesan dan kesedihan yang dalam di lubuk hati setiap orang yang mengenal beliau atau mendengar tentang beliau atau mengkaji karya-karya beliau. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat-Nya yang luas dan mengkaruniakan manfaat bagi kita lewat ilmu dan karya-karya beliau. Amin.

Rujukan

1. Kitab Al Wasail Al Mufidah Lil Hayati As Sa’idah. Direktorat bidang Penerbitan dan Riset Ilmiyah Departemen Agama, Wakaf, dan Bimbingan Islam Arab Saudi – 1425 Hijriyah dengan beberapa penambahan Sumber : Ghuraba

Where Am I?

You are currently browsing the Tafsir As-Sa’di category at Kitab Tafsir Muktabar.