Sahih Tafsir Ibnu Katsir, Muqaddimah Cetakan Kedua

17 Disember 2010 § Tinggalkan komen


MUQADDIMAH CETAKAN KEDUA

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, selawat dan salam semoga sentiasa tercurah kepada hamba dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad, Rasul yang paling utama dan penutup para Nabi, juga atas keluarga, para sahabat dan mereka yang mengikuti petunjuk dan meniti jej ak beliau hingga hari Kemudian.

Inilah cetakan kedua dari kitab al-Mishbaahul Muniir fii Tahziibi Tafsiir lbni Katsir yang diterbitkan oleh Maktabah Darus Salam lin Nasyr wat Tauzi’, Riyadh. Cetakan pertama telah habis dalam waktu singkat, dan kitab ini telah diterima di kalangan ahli ilmu, dan cukup membuat mereka kagum. Kita bersyukur kepada Allah atas kebaikan-Nya yang melimpah dan kurnia-Nya yang mulia.

Berkaitan dengan cetakan kedua ini, para penanggung jawab telah melakukan beberapa hal penting yang menjadi masukan dari para ulama dan dan para pakar dari bidangnya, selain yang telah disebutkan dalam cetakan pertama. Mereka meminta kepada Komisi Peneliti dan Persiapan Keilmuan untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, di antaranya adalah:

1. Membuang seluruh hadits-hadits marfu’ yang lemah (dhaif) dan kedhaifannya tidak dapat dikuatkan untuk naik ke darjat diterima (makbul). Sehingga -alhamdulillah- dalam cetakan kedua ini tidak dimuatkan kecuali hadis-hadis yang sahih, hasan atau dha’if namun kedha’ifannya dapat dikuatkan hingga naik ke darjat qabul (diterima). Rakan-rakan kami para peneliti telah berusaha merealisasikan tugas ini dengan meneliti ucapan-ucapan para imam dan ahli ilmu mengenai hadis-hadis tersebut hingga sampai pada tujuan menentukan darjat hadis, apakah dhaif, hasan atau sahih. Lalu mengeluarkan hadis-hadis dhaif dan membuangnya, serta meninggalkan hadis-hadis yang lain. Mudah-mudahan Allah membalas mereka atas usaha yang baik dan layak disyukuri.

2. Memberi tanda bagi hadis-hadis yang marfu’ dan memberi harakat dalam sabda Nabi agar tidak terjadi kesamaran dalam perkara-perkara yang sulit bagi pembaca yang awam, sehingga makna-makna yang sahih menjadi jelas dan memudahkan bagi

para pembaca yang awam untuk membaca sabda-sabda Nabi dengan benar.

Shalawat, keberkahan dan salam semoga senantiasa tercurah kepada sebaik-baik makhluk-Nya, Nabi Muhammad, keluarga dan para Sahabat beliau.

Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri

4 / 2 / 142l H.

Harga Jualan : RM 800.00

Diskaun 15%

Harga Selepas Diskaun : RM 680.00

Kos bungkusan dan penghantaran : PERCUMA

Untuk maklumat detil tulis emel kepada kami di riduankhairi.enterprise@gmail.com

Sahih Tafsir Ibnu Katsir, Muqaddiman Penyusun

17 Disember 2010 § Tinggalkan komen


Muqaddimah Penyusun, Syaikh Sofiurrahman Mubarakfuri

Segaia puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam, selawat dan salam sentiasa tercurah kepada hamba dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad, penutup para Nabi, juga kepada keluarga, para Sahabatnya yang mulia dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari Pembalasan.

Sesungguhnya al-Qur’an yang mulia adalah kitab paling agung. Dengannya Allah memuliakan umat Islam ini. Al-Qur’an adalah kitab mulia yang tidak datang kepadanya kebatilan baik dari depan mahupun dari belakangnya, diturunkan dari (Rabb) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji, dan memberikan petunjuk ke jalan yang paling lurus. Maka barangsiapa yang berpegang teguh kepadanya niscaya ia akan mendapat petunjuk ke jalan yang lurus. Dan barangsiapa yang meninggalkannya, sungguh dia berada dalam kerugian yang besar.

Umat Islam telah memberikan perhatian yang tiada taranya terhadap al-Quran sejak generasi Salaf yang telah berlalu dari umat. Para ulama umat ini telah membahas tentang al-Quran, baik dalam masalah hukum-hukum, hikmah-hikmah, makna-makna, hujjah,. keterangan, dalil-dalil, penjelasan, nasihat, faedah, berbagai kejadian dan peristiwa, ibarat, isyarat, mukjizat, i’rab (penguraian kalimat), berbagai jenis qira-at (bacaan), macam-ma cam lahjah (dialek) hingga keadaan geografis tempat-tempat yang disebutkan di dalam al-Qur’an, dan masih banyak lagi pembahasan lainnya.

Tafsir Ibnu Katsir merupakan kitab paling penting yang ditulis dalam masalah tafsir a1-Qur’an al-Azim, paling agung, paling banyak diterima dan tersebar di tengah umat ini. Karena Ibnu Katsir, adalah seorang yang ahli tentang ilmu-ilmu al-Qur’an dan as-Sunnah, serta ilmu tentang sejarah umat-umat terdahulu dan yang akan datang, ditambah lagi dengan kurnia Allah yang diberikan kepada beliau berupa pandangan yang tajam dan mendalam tentang Sunnatullah yang terjadi berkaitan dengan kemaslahatan, kerusakan, kemajuan, kemunduran serta kehancuran umat ini.

Beliau memiiiki pengetahuan yang luas atas apa yang diisyarat-kan pada pokok-pokok pembahasan sebelumnya. Dan beliau memilih riwayat-riwayat yang ma’tsur (datang dari Rasulullah), yang diriwayatkan secara turun-temurun dalam metode menafsirkannya. Beliau banyak membawakan hadis-hadis yang marfu’, perkataan Salafush Shalih dari kalangan Sahabat, Tabi’in, dan para imam pembawa petunjuk yang datang setelah mereka serta dari kalangan ulama yang memiliki kekuatan ilmu dan pandangan dalam bidang tafsir al-Qur’an dengan tidak melupakan sisi-sisi lain yang telah kami sebutkan. Oleh karena itulah kitab tafsir ini merangkum dua seni riwayah dan dirayah, serta manqul dan ma’qul. Kaum muslimin dapar memetik faedah yang sangat besar,dan kitab tafsir ini dapat diterima serta mendapat perhatian yang lebih dari kitab-kitab tafsir lainnya.

Dan sungguh saudara kami yang muiia Syaikh’Abdul Malik Mujahid, pimpinan sekaligus penanggung jawab maktabah Darus Salam memiliki keinginan yang tinggi, tujuan yang mulia dan amal yang berharga dalam berkhidmat menyebarkan buku-buku Salaf dalam bentuk yang bagus dan penampilan yang elok.

Setelah bermusyawarah dan berfikir mendalam, akhirnya beliau memilih sejumlah orang yang memiliki kemampuan dari para pembahas dan penulis untuk menulis kitab tafsir ini ke dalam beberapa bahasa sehingga dapat bermanfaat bagi para ahli ilmu di seluruh dunia. Beliau juga berpandangan alangkah baiknya jika kitab ini diringkas hingga ukurannya menjadi lebih kecil tanpa meninggalkan pembahasan-pembahasan yang ada di dalamnya dan memberikan judul yang sesuai bagi tiap-tiap pembahasan, serta menisbatkan setiap hadis dan ucapan -setelah diringkas- kepada rawi yang meriwayatkannya, sehingga faedahnya menjadi lebih sempurna. Dan beliau memilih Fadhilatsy Syaikh Abul Asybal Ahmad Syaghif untuk mengemban tugas ini -semoga Allah menjaganya dan memberikan berkah dalam kehidupannya.

Maka beliau mencurahkan seluruh kemampuan untuk meringkasnya dengan tetap mencantumkan sejumlah hadis dalam satu pokok bahasan untuk menyempurnakan makna dan menghapus hadis-hadis lain yang sifatnya hanya sebagai pengulangan untuk satu makna dari jalur sanad yang beragam. Demikian juga yang semisalnya dari ringkasan perkataan-perkataan ahli tafsir. Dan beliau menugaskan beberapa orang rekannya untuk mentakhrij hadis-hadis dan ucapan-ucapan para ulama di bawah pengawasannya serta melakukannya sesuai kemampuan. Adapun penjelasan makna- makna dari Ibnu Katsir dicantumkan sebagaimana adanya dengan memberikan judul di atas setiap pembahasan.

Kemudian, ‘Abdul Malik Mujahid meminta agar saya mengecek dan meneliti ulang, lalu saya pun melakukannya. Saya memperbaiki, merubah, menambah dan mengurangi jika memang saya anggap perlu. Demikian juga rekan kami yang mulia Syakil Ahmad as-Salafi, salah seorang pembahas dan pengedit di maktabah Darus Salam. Sehingga dengan demikian, kitab ini dapat tampil dalam bentuk yang enak dipandang dan menyenangkan, alhamdulillaah.

Beberapa hal penting lainnya:

  1. Ringkasan Tafsir lbnu Katsir ini diambil dari naskah yang dicetak oleh penerbit Darus Salam. Cerakan itu telah dikoreksi dan bersesuaian dengan naskah Mesir kuno yang dicetak oleh (Daar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, ‘Isa al-Babi al-Haiabi dan serikatnya). Tarikh cetakan tidak tertera. Hanya saja ia telah dijadikan rujukan selama beberapa kurun waktu. Sebagaimana halnya naskah cetakan penerbit Darus Salam telah disesuaikan dengan lima naskah yang telah ditahqiq dan dicetak baru-baru ini, sehingga kesalahan-kesalahan yang ada diperbaiki semampu mungkin.
  2. Karakter lain dari naskah yang dijadikan pegangan dalam ringkasan tafsir ini, bahawa kesalahan yang terdapat dalam penulisan nama perawi dikoreksi dengan mrujuk kepada kitab-kitab asli yang berisi catatan biografi para perawi hadis. Lalu disebutkan mana yang benar dalam tanda kurung. Dan jika ada hal yang belum jelas, maka akan dijelaskan pada catatan kaki.
  3. Adapun ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat di sela-sela tafsir telah diberi harakat sesuai dengan mushaf dan diberi tanda kurung, khusus untuk ayat-ayat al-Qur’an yang diambil dari mushaf yang telah diprogram dalam komputer.
  4. Pada bagian atas halaman dicantumkan nama surat dan nombornya serta nombor ayat untuk memudahkan rujukan.
  5. Apabila terdapat perbedaan pada naskah-naskah yang ada tentang penulisan nama-nama surah, maka yang dipilih adalah nama yang sesuai dengan kitab aslinya.
  6. Beberapa tambahan terhadap naskah asli dicantumkan di antara dua kurung [ ]. Dan tugas ini telah dikerjakan oleh beberapa rakan kami yang mulia yang brtugas pada bagian pembahasan dan koreksi di penerbitan, mudah-mudahan Allah membalas kebaikan mereka.

Penerbit telah berusaha menyajikan kitab ringkasan tafsir ini dalam jilid dengan ukuran yang sesuai dan harga yang murah, sehingga mudah tersebar ke seluruh penjuru dunia, dan tidak tersisa satu rumah kaum muslimin pun melainkan kitab yang penuh berkah ini ada di dalamnya dengan izin Allah Ta’ala. Juga menjadi bekal terbaik dari kitab-kitab mereka dan tabungan kebaikan bagi mereka di saat mukim maupun dalam perjalanan. Mudah-mudahan Allah menetapkan hal itu, Dia-lah yang memberikan taufiq kepada kebaikan dan memberi petunjuk ke jalan yang lurus.

Selawat, keberkahan dan salam semoga terlimpah atas sebaik-baik makhluk-Nya, Nabi Muhammad, keluarga danpara Sahabatbeliau.

Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri

12 / 6 / 1420 H.

Harga Jualan : RM 800.00

Diskaun 10%

Harga Selepas Diskaun : RM 720.00

Kos bungkusan dan penghantaran : PERCUMA untuk Semenanjung Malaysia

Untuk maklumat detil tulis emel kepada kami di riduankhairi.enterprise@gmail.com

Ibnu Katsir rahimahullah

14 Disember 2010 § 1 Komen


BIOGRAFI PENULIS (Ibnu Katsir)

Ditulis oleh Syaikh Abdul Qadir al-Arna-uth (semoga Allah menjaganya).

Beliau adalah Imam yang mulia Abul Fida’ ‘Imaduddin Isma’il bin ,Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi. Berasal dari kota Bashrah, kemudian menetap, belajar dan mengajar di Damaskus. Dilahirkan di Mijdal, sebuah tempat di kota Bashrah pada tahun 701.H (1302 M).

Ayah beliau adalah seorang khatib di kota itu. Ayahnya meninggal ketika beliau baru berusia empat tahun. Kemudian beliau diasuh oleh abangnya, Syaikh Abdul Wahhab dan dialah yang mendidik beliau di usia dininya. Kemudian beliau pindah ke Damsyik, negeri Syam pada tahun 706H, ketika beliau berusia lima tahun.

GURU-GURU BELIAU

  1. Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin Abdirrahman al-Fazari yang terkenal dengan nama Ibnul Farkah (wafat 729 H).
  2. Di Damsyik Syria, beliau belajar dengan Isa bin al-Muth’im,
  3. Ahmad bin Abi Thalib, terkenal dengan nama Ibnu Syahnah (walat 730H),
  4. Ibnul Hajjar yang (wafat 730 H),
  5. Baha-uddin al-Qasim bin Muzhaffar Ibnu Asakir, ahli hadis negeri Syam yang wafat pada tahun 723 H,
  6. Ibnu asy-Syirazi,
  7. Ishaq bin Yahya al-Amidi Afifuddin –ulama Zhahiriyah (wafat 725 H),
  8. Muhammad lbnu Zar rad, menyertai Syaikh Jamaluddin Yusuf bin az-Zaki al’Mizzi (wafat 742H), beliau mendapat banyak faedah dan menimba ilmu darinya dan akhirnya beliau menikahi puterinya.
  9. Syaikhul Islam Taqiyyuddin Ahmad bin Abdil Halim bin Abdis Salam bin Taimiyyah (wafat 728 H),
  10. sebagaimana beliau menimba ilmu dari Syaikh al-Hafizh, seorang ahli tarikh (sejarah), Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman bin Qayimaz adz-Dzahabi (wafat pada tahun 748 H).
  11. Dan ulama Mesir yang memberi beliau ijazah adalah Abu Musa al-Qarafi,
  12. Abul Fath ad-Dabbusi,
  13. Ali bin Umar as-Sawani dan lain-lain.

Al-Hafizh adz-Dzahabi berkata tentan Ib nu Katsir dalam al-Mu’jam al-Mukhtashsh,

“Beliau adalah seorang imam lagi pemberi fatwa, ahli hadis yang pakar, ahli fiqih yang berwawasan luas, ahli tafsir dan memiliki banyak tulisan yang bermanfaat.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata dalam ad-Duraral-Kaaminah,

“Beliau selalu menyibukkan diri dengan hadis, menelaah matan dan rijal hadis. Beliau adalah orang yang memiliki hafalan yang banyak, kecerdasannya bagus, memiliki banyak karya tulis semasa hidupnya dan telah memberikan manfaat yang sangat banyak kepada orang-orang selepas meninggal.”

Ahli sejarah yang terkenal dengan nama Abul Mahasin Jamaluddin Yusuf Ibnu Saifuddin yang terkenal dengan nama Ibnu Taghri Bardi berkata dalam kitabnya al-Manhalush Shaafii wal Mustaufa ba’ dal Woofi,

“Beliau adalah syaikh imam al-‘ Allamah’ Imaduddin Abul Fida’, ulama yang banyak berkarya) terus bekerja, meraup ilmu dan menulis, pakar dalam bidang fiqih, tafsir dan hadis.Beliau mengumpulkan, mengarang, mengajar, menyampaikan hadis dan menulis. Beliau memiliki penelaahan yang luas dalam ilmu hadis, tafsir, fiqih, bahasa Arab dan ilmu-ilmu lainnya. Beliau mengeluarkan fatwa dan mengajar hingga beliau wafat, semoga Allah merahmati beliau. Beliau dikenal sebagai uiama yang memiliki hafalan yang kuat dan tulisan yang bagus. Ia telah mencapai puncak dalam ilmu sejarah, hadis dan tafsir.

MURID-MURID BELIAU

Murid-murid beliau sangatlah banyak, di antaranya adalah Ibnu Haji. Disebutkan tentangnya bahwa ia adalah seorang yang memiliki hafalan paling kuat terhadap matan-matan hadis yang pernah kami dapati. Paling tahu tentang cacat-cacat hadis, perawi-perawinya, shahih dan dha’ifnya, dan rakan-rakan serta guru-gurunya mengakui hal tersebut. Sejauh ini, setiap kali saya bertemu dengannya pasti saya memperoleh faedah darinya.

Ibnul ‘Imad al-Hanbali berkata dalam kitabnya yang berjudul Syadzaraatudz Dzahabfii Akhbaari Man Dzahab:

“Beliau adalah al-Hafizh al-Kab ir’ Imaduddin, hafalannya banyak dan jarang lupa,pemahamannya baik, ilmu bahasa Arabnya tinggi.”

Ibnu Habib berkata tentangnya, “Ia mendengar riwayat, mengumpulkan, menulis, mengeluarkan fatwa, menyampaikan hadis, memberi banyak faedah, dan lembaran-lembaran fatwanya tersebar ke berbagai negeri. Ia dikenal dengan kekuatan hafalan dan keelokan karangarannya.”

TULISAN-TULISAN BELIAU

Tulisan beliau sangatlah banyak, di antaranya:

  1. Termasuk tulisan beliau yang terbesar adalah kitab tafsir al-Qur-an. Kitab ini adalah sebaik-baik kitab tafsir dengan riwayat, telah diterbitkan berulang kali dan telah diringkas oleh banyak ulama.
  2. Kitab sejarah yang dinamakan al-Bidaayah, terdiri dari 14 jilid, dengan judul al-Bidayah wan Nihayah. Di dalamnya disebutkan tentang kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu, sirah Nabawiyah, sejarah Isl am hingga zamannya ditambah dengan pembahasan tentang fitnah dan tanda-tanda hari Kiamat serta keadaan pada hari Akhir dan al-Malaahim (pertumpahan darah). Dan telah ditahqiq oleh banyak ulama.
  3. At-Takmiil fi Ma’rifatis Siqat wa Dhu’afa wal Majaahil. Di dalamnya terangkum dua kitab dari tulisan guru beliau, yaitu al-Mi zzi dan adz-Dzahabi (Tahdzibul Kamal fi Asma Rijal) dan (Liizan I’tidal fii Naqdir Rijal) dengan disertai beberapa tambahan yang bermanfaat dalam masalah al-jarh wat ta’dil.
  4. Al-Hadyu was Sunan fi Ahadis Masad wa Sunan yang dikenai dengan nama Jami’ al-Masanid. Di dalamnya terangkum Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, a|-Bazzar, Abu Ya’la al-Mushili, Ibnu Abi Syaibah, beserta Kutubus Sittah. Beliau menyusunnya berdasarkan bab-bab fiqih, dan baru-baru ini telah dicetak beberapa juz darinya.
  5. Thabaqaat asy-Syafi’iyyah dengan ukuran sedang disertai biografi Imam asy-Syafi’i.
  6. Beliau mentakhrij hadis-hadis yang digunakan sebagai dalil dalam kitab at – Tanbih fi Fiqh asy-Sy afi’iah.
  7. Beliau memulai penulisan syarah Sahih Bukhari dan belum sempat menyelesaikannya.
  8. Beliau memulai penulisan kitab besar dalam masalah-masalah hukum namun belum sempat menyelesaikannya, dan tulisan beliau ini sudah sampai pada kitab Haji.
  9. Ringkasan kitab al-Madkhal, karya al-Baihaqi dan sebahagian besar belum diterbitkan.
  10. Beliau meringkas kitab ‘Ulumul Hadis karya Abu ‘Amr bin ash-Shalah, yang beliau beri judul (Al-mukhtashar ‘Ulumil Hadis) yang dicetak oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, seorang ahli hadis dari Mesir disertai penjelasan dari beliau dan diberi judul al-Baa’itsul Hatsiirsfii Syarh Mukhtashar ‘Ulumil Hadis, dan telah dicetak beberapa kali.
  11. Sirah Nabawiyyah yang panjang (bagian dari kitab al-Bidaayah) dan ringkasannya, keduanya diterbitkan dalam cetakan yang berbeda.
  12. Risalah dalam masalah jihad yang diberi judul al-Ijtihaad fi Thalabil Jihad, dan telah dicetak berulang kali.

WAFAT

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata, “Beliau hilang penglihatan di akhir hayatnya dan wafat di Damaskus, Syam pada tahun 77 4 H/ 1373 M. Semoga Allah mencurahkan rahmat seluas-luasnya kepada beliau dan menempatkan beliau di Surga-Nya yang luas.

disarikah dari kitab terjemahan Sahih Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1. Terbitan Pustaka Ibnu Katsir.

 

Sahih Tafsir Ibnu Katsir, Pengantar Penerbit

14 Disember 2010 § Tinggalkan komen


PENGANTAR PENERBIT Cetakan Pertama

Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkanya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad , adalah hamba danRasul-Nya.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takzwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS.Ali’Imran: 102)

“Hai sekalian manusia, bertakwalah hepada Rabb-mu y ang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mengunakan) Nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (pelibaralah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (QS. An-Nisaa’: 1)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perhataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya,maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang beser. “(QS. Al-Ahzaab:70-71)

Amma ba’du:

Sesungguhnya, sebenar-benar ucapan adalah Kitabullah (al-Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, (as-Sunnah). Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama), setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnyadi neraka.

Wa ba’du:

AL-QUR’AN SALAH SATU NIKMAT TERBESAR

Allah telah memberikan kenikmatan kepada umat Islam dengan agama yang Dia redhai, yakni Islam. Kemudian Dia mengutus Nabi Muhammad insan pilihan kepada umat ini sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana Dia telah memuliakan umat ini dengan al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi mereka dalam menjalani kehidupan. Di dalamnya terhimpun segala sesuatu yang diperlukan manusia. Mulai dari masalah Akidah, hukum, nasihat, adab dan kisah-kisah tentang orang-orang terdahulu yang saratdengan pelajaran. Perbahasan-perbahasannya kuat tak terbantahkan, bahasanya jelas, tegas dan lugas, menunjukkan keberadaan Sang Pencipta alam semesta.

LALU APAKAH KEWAJIBAN KITA TERHADAPAL-QUR’AN?

Di dalam Sbahih Muslim (no. 55 (95) diriwayatkan sebuah hadis dari Tamim ad-Dari, ia berkata, “Nabi bersabda, ‘Agama itu adalah nasihat.’ Maka kami berkata, ‘Untuk siapa?’ Beliau bersabda, ‘Untuk (hamba dalam rangka beriman kepada) Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya., dan (dalam rangka menasihati) para pemimpinkaum muslimin dan kaum muslimin secara umum.”‘

Para ulama menerangkan bahwa nasihat kepada Kitabullah adalah:

  1. Beriman bahwa al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Kandungan isinya tidak menyerupai perkataan seorang pun dari makhluk-Nya. Dan tidak satupun di antara makhluk-Nya yang sanggup membuat sesuatu yang serupa dengannya.
  2. Membacanya dengan baik dan benar, serta disertai kekhusyu’-an.
  3. Mengagungkannya dengan cara memahami serta mengamalkan petunjuk-petunjuknya.

BAGAIMANA CARA KITA MEMAHAMI DANMENGAMALKANNYA?

Jika kita ingin mengamalkan petunjuknya dengan benar danpenuh keikhlasan, maka kita harus memahaminya terlebih dahulu berdasarkan penjelasan Rasulullah, dan melalui pemahaman salafus Shalih. Rasulullah, telah menjelaskan al-Qur’an ini kepada para Sahabatnya yang telah mendapatkan kurnia taufiq dari Allah dengan cahaya keimanan dan petunjuk. Beliau telah menerangkan mana yang halal dan mana yang haram, mana yang terpuji dan mana yang tercela, mana yang merupakan ibadah dan mana yang merupakan maksiat serta bid’ah. Beliau telah menjelaskannya dengan perkataan, perbuatan atau persetujuan dan pengukuhan beliau terhadap apa yang dilakukan para Sahabatnya. Beliau telah menjelaskan janji Allah ancaman-ancaman-Nya. Beliau juga menyampaikan berbagai khabar gembira dan peringatan. Beliau telah ditugaskan oleh Allah sebagai penafsir al-Qur’an paling utama, setelah al-Qur’an itu sendiri, di mana ayat-ayatnya saru sama lain saling menjelaskan. Allah berfirman:

“… Dan Kami turunkan kepadamu alL-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yangtelah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan.” (QS. An-Nahl: 44)

Setelah beliau wafat, maka Allah meneguhkan sekelompok ulama umat ini untuk senantiasa mengerahkan segenap kemampuan dan usaha mereka dalam memahami al-Qur’an sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh Rasulullah, dalam Sunnahnya, dan sesuai dengan pemahaman para Sahabat yang langsung mendengar penjelasan tersebut dari beliau. Dengan demikian, ilmu mereka menjadi kokoh dan kuat, serta terperinci dan mendalam. Mereka dengan izin Allah telah menjadi pendekar-pendekar umat yang berada di garisan depan untuk membela al-Qur’an dan as-Sunnah. Mereka menjadi sumber rujukan umat Islam seluruhnya dalam memahami hukum-hukum yang pelik dari alqur’an serta tafsirnya. Di antara mereka adalah al-Imam al-‘Allamal al-Hafrzh’Imaduddin Abul Fida’Isma’il bin’Umar bin Dhau’bin Katsir, al-Qurasyi asy-Syafi’i ad-Dimasyq yang kita kenali dengan sebutan Ibnu Katsir, penyusun kitab Tafsirul Qur’anuil ‘Azhim yang sangat terkenal.

MENGAPA HARUS TAFSIR IBNU KATSIR?

Tafsir Ibnu Katsir merupakan kitab paling penting dan agungyang pernah ditulis dalam menafsiri kitab suci al-qur’an dan paling banyak diterima dan tersebar di tengah umat ini. Penulisnya telah menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyusunnya. Tidak menghairankan jika penafsiran beliau sangat kaya dengan riwayat (baik hadis maupun atsar), bahkan hampir seluruh hadis periwayatan Imam Ahmad yang terdapat dalam kitab al-Musnad tercantum dalam kitab tafsir ini.

Beliau pun menggunakan rujukan-rujukan penting lainnya yang sangat banyak, sehingga menjadikan karya beliau ini sangat kaya akan manfaat dalam berbagai disiplin ilmu agama (seperti’Aqidah, Fiqih dan lain-lain). Kerananya sangar wajar apabila Imam as-Suyuthi memujinya dan berkata: “Belum pernah ada kitab tafsir yang semisal dengannya.”

Selain itu, metode beliau dalam penyusunan kitab yang sangat bermanfaat ini adalah dengan cara menyebutkan ayat terlebih dahulu, kemudian menjabarkan maknanya secara umum, selanjutnya menafsirkannya dengan ayat, hadis atau perkataan sahabat dan Tabi’in. Terkadang beliau menjelaskar seputar hukum yang berkaitan dengan ayat, dengan dukungan dalil-dalil lain dari al-Qur’an dan as-Sunnah serta dilengkapi dengan pendapat-pendapat para ahli fiqih disertai dalilnya apabila di dalam masalah tersebut terdapat perbezaan pendapat di antara mereka. Selanjutnya beliau (memilih/menguatkan) salah satu dari pendapat mereka.

Beliau memang seorang yang ahli dalam ilmu-ilmu al-Qur-an dan as-Sunnah, serta ilmu tentang sejarah umar-umat terdahulu dan keadaan umat yang akan datang (sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam kitab at-Bidaayah wan Nihayah). Namun tidak bisa dipungkiri, dengan pembahasan yang panjang dan mendalam ini, maka majoriti umat Islam, yang awam di zaman sekarang ini akan merasa berat jika mereka harus membaca kitab aslinya yang tergolong rumit, terutama yang berkaitan dengan periwayatan hadis yang terkadang tidak dijelaskan oleh beliau kedudukan dan statusnya, tetapi beliau mencukupkan dengan menyebutkan mata rantai riwayatnya secara detail. Dan dalam kasus ini sangat banyak sekali terjadi.

Oleh kerana itulah Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri-Rahimahullah- memimpin satu tim ahli untuk meringkasnya dan membuang seluruh riwayat-riwayat hadis yang dha’if (lemah)-sebagaimana hal tersebut beliau jelaskan dalam mukaddimah cetakan kedua hingga ukurannya menjadi lebih kecil tanpa meninggalkan pembahasaan penting yang terdapat didalamnya. Beliau pun memberikan judul yang sesuai bagi tiap-tiap pembahasan, serta menisbatkan setiap hadis dan ucapan setelah diringkas kepada rawi yang meriwayatkannya, hingga faedahnya menjadi lebih sempurna. Beliau memberi judul kitab ringkasan tersebut dengan al-Mishbaahul Muniir fii Tahdziibi Tafsiiri IbniKatsir, yang kemudian kami terjemahkan dengan judul “ShahihTafsir Ibnu Katsir.”

KELEBIHAN BUKU INI:

A. Mengapa Dinamakan “Shahih Tafsir Ibnu Katsir?”

Pertama, kerana tim al-Mishbaahul Muniir sendiri telah berkomitmen untuk hanya menampilkan hadis-hadis shahih dan hasan saja, menjauhkan hadis-hadis dha’if dan maudhu’ serta membuang kisah-kisah Israiliyyat.

Kedua, seandainya ditemukan hadis dha’if pun, maka hadis tersebut sebenarnya adalah hadis yang memiliki beberapa penguat atau pendukung dari hadis-hadis lain yang memiliki derajat qabul (diterima). Dan sepanjang penelitian kami, hadis-hadis seperti ini sangat sedikit, serta tidak akan membuat para pembaca menjadi ragu untuk menerima dan mengamalkannya.

B. Langkah Lain yang dilakukan oleh Pustaka Ibnu Katsir:

Adapun langkah-langkah lain yang kami lakukan untuk menambah keilmiahan, ketenteraman) serta kemudahan para pem-baca buku ini adalah:

  1. Mencantumkan penomboran ayat-ayat dan surat yang banyak disebutkan dalam penafsiran ayat yang sedang dibahas.
  2. Kami berusaha mentakhrij semua hadis yang tercantumdalam kitab tafsir ini. Dalam hal ini kami merujuk kepada kitab Tafsiir al-Qur-aanil’Azhiim yang ditakhrij oleh Syaikh Hani al-Haj. Baik dari segi penomboran mahupun pengesahan hadis. Apabila pengesahannya bersumber dari kitab-kitab karya Syaikh al-Albani, maka kami padankan penomborannya dengan kitab-kitab beliau yang kami miliki.
  3. Hadis-hadis yang pengesahannya tidak tercantum dalam kitab tersebut, kami rujukkan kepada kitab aslinya yang disertai dengan pengesahan hadis dari ahli hadis terkemuka. Sebagaicontoh, hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang pengesahannya tidak terdapat dalam kitab-kitab syaikh al-Albani, kami rujukkan kepada kitab Musnad al-Imam Ahmadbin Hanbal yang ditakhrij oleh Syaikh Syu’aib al-Arna-uth.
  4. Adapun atsar (riwayat selain hadis Nabi), maka kami tidak mentakhrijnya, kami biarkan sebagaimana kitab aslinya (al-Mishbaahul Muniir). Meskipun demikian, jika di dalamkitab aslinya tidak terdapat keterangan tentang sumber atsar tersebut, maka kami berusaha sedapat mungkin untuk mencantumkan keterangan tersebut dari kitab lain. Namun seperti telah disebutkan di atas, atsar-atsar tersebut tidak kami takhrij, melainkan kami biarkan apa adanya. Hal ini disebabkan beberapa hal, antara lain:
  • Atsar-atsar tersebut ditulis/diriwayakan oleh ahli-ahli hadis terkemuka seperti Ibnu Abi Hatim dan yang lainnya, yang sudah sangat kita kenal keilmuannya.
  • Apabila takhrij setiap atsar kami cantumkan, maka dikhuwatiri akan mempertebal halaman buku ini.
  • Kami percaya penuh kepada tim penyusun kitab al-Mish-baah ul-Muniir dalam komitmennya untuk menampilkanriwayat-riwayat yang maqbul.

Dalam melakukan takhrij hadis yang diletakkan dalam foot-note, kami sengaja mengawali keterangannya dengan menyebutkan darjat hadis, seperti shahih, hasan atau dha’if, dengan huruf tebal, untuk memudahkan pembaca agar dapat langsung mengetahui derajat hadis tersebut. Adapun jika hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari atau Imam Muslim atau diriwayatkan oleh sekelompok perawi hadis di mana Bukhari dan Muslim ada di dalamnya, maka kami tidak mencantumkan derajat hadis tersebur, kerana ulama-ulama Ahlus Sunnah telah sepakat atas keshahihannya.

Untuk memudahkan pembaca dalam mencari hadis dari sumbernya, maka setiap hadis kami cantumkan dengan nombornya. Penomboran tersebut disesuaikan dengan kitab-kitab hadis yang kami miliki. Adapun perinciannya sebagai berikut:

a. Al-Bukhari berdasarkan penomboran kitab Fathul Baari.

b. Muslim berdasarkan penomboran Muhammad Fu-ad’Ab-dul Baqi.

c. Abu Dawud berdasarkan penomboran Muhammad Fu-ad’Abdul Baqi.

d. At-Tirmidzi berdasarkan penomboran Muhammad Fu-ad’Abdul Baqi.

e. An-Nasaa-i berdasarkan penomboran’Abdul Fattah Abu Ghuddah.

f. Ibnu Majah berdasarkan penomboran Muhammad Fu-ad’Abdul Baqi.

g. Mengenai riwayat Imam Ahmad, perlu diketahui bahwatim penyusun kitab asli mencantumkan penomboran berdasarkan cetakan al-Maimaniyahah, sebelum ditakhrij oleh Syaikh Syu’aib al-Arna uth beserta lainnya. Oleh kerana itu, untuk kesempurnaannya, kami menambahkan penomboran yang baru berdasarkan Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal yang telah ditahqiq dan ditakhrij oleh beliau (Syaikh al-Arna’uth) berserta timnya yang dicetak oleh Mu-assasah ar-Risalah, Beirut.

h. Jika sumber pengesahan sebuah hadis (baik shahih maupundha’if) terdapat dalam banyak kitab-kitab karya Syaikh al-Albani, maka kami cukupkan dengan mencantumkan satu sumber saja.

Kami berusaha menerjemahkan kitab yang penuh manfaat ini sebaik-baiknya agar mudah difahami oleh para pembaca, sehingga kami berupaya untuk memperjelas istilah, juga nama-nama tempat yang mungkin akan sulit difahami oleh sebahagian pembaca. Khusus dalam penerjemahan hadis-hadis Nabi, kami selalu menerjemahkannya dengan bantuan kitab-kitab syarah (penjelasnya) pada masing-masing kitab hadis.

Kami pun menambahkan sub-sub judul yang kami anggap perlu untuk lebih memperjelas tema-tema yang sedang dibahas, serta memudahkan pencarian tema tersebut dari daftar isi.

Inilah persembahan kami, semoga kehadirannya membawa manfaat yang sangat besar bagi kaum muslimin di tanah air secara umum dan menjadi tambahan referensi yang berharga bagi kalangan penuntut ilmu. Akhirnya, kepada Allah semata kami bersyukur atas terbitnya buku ini, semoga upaya kami ini menjadi amal shalih yang diridhai-Nya.

Selawat serta salam semoga sentiasa dilimpah curahkan kepaada Rasulullah, keluarga dan para Sahabatnya. Amin.

Bogor,

Pebruari 2009 M.

Rabi’ul Awwal 1,429 H.

Penerbit:PT. PUSTAKA IBNUKATSIR

Harga Jualan : RM 800.00

Diskaun 10%

Harga Selepas Diskaun : RM 720.00

 Kos bungkusan dan penghantaran : PERCUMA untuk Semenanjung Malaysia

Untuk maklumat detil tulis emel kepada kami di riduankhairi.enterprise@gmail.com

Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi

22 November 2010 § Tinggalkan komen


Beliau adalah Ahli Hadits yang juhud, Jabir bin Musa bin Abdul Qadir bin Jabir Abu Bakar Al-Jazairi. Lahir di Al-Jazair tahun 1342 H/ 1921 M. Dinegerinya itu beliau menghapal Al-Qur’an dan beberapa matan kitab, ilmu lughoh dan fiqh Maliki kemudian beliau melanjutkan pelajarannya ke kota lainnya sampai kemudian belajar di Madinah di Masjid Nabawi dan Mekkah sehingga mendapat pengakuan (ijazah) dari para Masyaikh disana.

Diantara gurunya dinegerinya yaitu

  • Syaikh Nu’aim An-Nu’aimi,
  • Syaikh Isa Mu’tauqi, dan
  • Syaikh Thoyib Al-Uqbi, sedangkan di Madinah adalah :
  • Syaikh Umar Bari,
  • Syaikh Muhammad Al-Hafizh,
  • Syaikh Muhammad Khoyal dan selainnya.

Beliau sempat pula mengajar di Darul Hadits Madinah dan di Jamiyah Al-Islamiyah.

Sumber : Biograf Ulama Sunnah

Tafsir As-Sa’di : Pengantar Peneliti

31 Oktober 2010 § Tinggalkan komen


KATA PENGANTAR PENELITI

Segala puji hanya milik Allah, kita memujiNya, memohon pertolonganNya, mengharap ampunanNya, dan bertaubat kepada Nya serta kita berlindung kepadaNya dari kejahatan diri kita dan dari keburukan perbuatan-perbuatan kita, barangsiapa yang telah diberi petunjuk oleh Allah maka tidak akan ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang telah disesatkan maka tidak akan ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya, saya bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali hanyalah Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya, dan saya bersaksi bahwa sanya Muhammad adalah hamba dan RasuiNya, shalawat dan salam atasnya, para keluarganya dan para sahabatnya dengan salam yang berlimpah.

Amma ba’du,

Sesungguhnya perhatian yang paling patut untuk diarahkan kepada suatu hal yang harus dipelalari dan pencapaian tujuan yang paling utama untuk diperoleh pengetahuannya adalah sesuatu yang dalam mengetahuinya maka Allah menjadi, ridha dan bagi seorang yang mengetahuinya adalah petunjuk kepada jalan yang lurus, dan bahwasanya hal yang mencakup semua itu bagi orang yang mengharapkannya adalah kitabullah yang tidak ada keraguan padanya dan apa yang diturunkanNya yang tidak ada keraguan terhadapnya, yang berhasil dengan mendapatkan tabungan yang baik dan balasan yang sempurna adalah pembacanya, yang tidak ada padanya kebatilan dari hadapannya maupun dari belakangnya sebagai sesuatu yang diturunkan  oleh Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

Allah menurunkannya kepada NabiNya Muhammad dengan bahasa Arab yang jelas, Allah berkata,

Dan sesungguhnya al-Qur’ an ini benar-benar diturunknn oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (]ibril )  ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang yang memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang jelas’” (Asy-Syu’ara:192-195).

Lalu beliau menyampaikan al-Qur’an itu kepada manusia dengan penyampaian yang benar, dan tidaklah Allah mencabut nyawanya kecuali setelah beliau telah menyampaikan dan menjelaskan apa yang diturunkan kepadanya dalam kitab tersebut sebagaimana kataNya,

Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (An-Nahl : 44)

Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab ini melainkan agar kamu agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereke perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat kepada kaum yang beriman”(An-Nahl: 64).

Ibnu Jarir ketika menafsirkan ayat menyebutkan, “Allah yang tinggi penyebutanNya berkata  kepada NabiNya, Muhammad , “dan tidaklah Kami turunkan kepadamu kitab Kami, dan Kami utuskamu sebagai Rasul kepada makhluk Kami kecuali hanya agar kamu menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan padanya dari agama Allah” .

Dan telah jelas sekali menunjukkan bahwasanya para sahabat telah menerima tafsiran Al-Qur’an dari Rasulullah. Apabila seseorang dari mereka apabila mempelajari sepuluh ayat darinya, ia tidak akan berpindah kepada ayat lain kecuali setelah memahami maknanya dan mengamalkannya.

Abu Abdurrahman as-Sulami seorang pembesar tabi’in berkata, “Kami diberitahu bahawa para sahabat meminta Rasulullah untuk membacakan kepada mereka al-Qur’an. Mereka akan mempelajari 10 ayat dan beramal dengannya. Setelah beramal barulah mereka mempelajari ayat-ayat yang lain. Sehingga kami mempelajari al-Qur’an dan mengamalkan secara keseluruhan.” (Hadith Riwayat Al-Hakim, sahih menurut Adz-Dzahabi dan Ahmad Syakir)

Dan para sahabat, apabila ada suatu kemusykilan, mereka bertanya terus kepada Nabi, seperti ketika turun ayat,

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman.” (Al-An’am: 82)

Maka para sahabat Rasulullah berkata, “Siapakah di antara kami yang tidak menzhalimi dirinya sendiri?”

Beliau berkata,

Tidaklah seperti apa yang kalian katakan, ‘Dan mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengnn kezhaliman’ maksudnya adalah dengan kesyirikan.” (HR Bukhari & Muslim)

Tafsir Sahabat

Kemudian yang menjelaskan dan menafsirkannya setelah Nabi  yang merupakan sebaik-baik manusia dalam penjelasan-nya dan paling jujur keimanannya dan paling dalam keilmuannya adalah para sahabat (yaitu orang-orangyang dengan mereka tegak-

lah al-Qur’an itu, dan dengannya mereka bergerak, dengan mereka al-Qur’an berbicara, dan dengannya mereka berkata orang-orangyang dianugerahkan oleh Allah keilmuan dan hikmah yang merupakan keistimewaan mereka terhadap seluruh pengikut para Nabi).

Mereka itulah para sahabatnya, yang dipilih oleh Allah di antara seluruh makhluk agar menemani NabiNya selama dua puluh tiga tahun, dan al-Qur’an turun kepada mereka dengan bahasa mereka sendiri yang mereka hidup dengarnya maka, mereka membelanya dan mengamalkannya.

Dan ahli tafsir yang paling terkenal di antara mereka adalah para khalifah ar-Rasyian, Ubay Bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah bin az-Zubair.

Dan yang paling terkenal riwayatnya dalam tafsir adalah Abdullah bin Mas’ud yang berkata tentang dirinya, “Demi Allahyang tidak ada Ilah yang berhak disembah selain diriNya, tidaklah satu surat yang diturunkan dari kitabullah, kecuali saya yang paling tahu di mana ia diturunkan, dan tidaklah satu ayat diturunkan dari kitabullah, kecuali saya paling tahu tentang pembahasan yang diturunkan, dan apabila saya mengetahui seseorang yang lebih mengetahui dariku tentang kitabullah di mana unta mampu sampai kepadanya, pastilah saya akan menungganginya kepadanya.” (HR Bukhari)

Dan Abdullah bin Abbas adalah ahli tafsir al-Qur’an yang telah didoakan oleh Nabi  seraya berkata,

“Ya, Allah! pahamkanlah ia dalam agama, dan ajarkanlah ia tafsir” (HR Ahmad, sahih menurut Ahmad Syakir).

Ibnu Mas’ud berkata tentangnya, “Sebaik-baik ahli tafsir al-Qur’an adalah Ibnu Abbas” (HR Ahmad, hassan menurut Ibn Hajar al-Asqalani)

Tafsir Tabi’in

Kemudian tafsir ini setelah para sahabat dilanjutkan oleh para Tabi’in, khususnya para sahabat Abdullah bin Abbas di Makkah seperti Mujahid, Said Bin Jabir dan semisal mereka. Mujahid ber-kata, “saya ajukan sebuah mushaf kepada Ibnu Abbas dengan

tiga kali pengajuan dari pembukaannya hingga penutupnya dan, berhenti pada setiap ayat darinya lalu saya menanyakan tentang ayat itu kepadanya”. Oleh karena itu, ats-Tsauri berkata,”Apabila kamu mendapatkan tafsir dari Mujahid, maka cukuplah bagimu.”

Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata, “oleh karena itulah yang bersandar kepada tafsirnya adalah Asy-syafi’i dan Bukhari serta selain mereka berdua dari para ulama, demikian juga Imam Ahmad dan lain-lainnya dari orang-orang yang mengarang tafsir selalu mengulang-ulang jalan dari Mujahid lebih banyak dari jalan selainnya.”

Demikian juga para sahabat Abdullah bin Mas’ud  seperti Alqamah, Masruq dan semisal mereka, Ibnu Mas’ud berkata,”Tidaklah saya membaca sesuatu dan tidak pula saya mengetahui-nya kecuali Alqamah membacanya dan mengetahuinya’. (Siyar A’lam an-Nubala)

Dan al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani memiliki perincian yang memadai yang tidak mungkin dapat ditinggalkan oleh seorang yangmembaca buku-buku tafsir agar mengetahui isnad-isnad yang paling populer yang diriwayatkan dari para Tabi’in dan orang-orang setelahnya, beliau menjelaskan dalamnya kondisi orang yang meriwayatkan tafsir dari para Tabi’in dan orang-orang setelahnya.

Maksudnya adalah kita dapat mengetahui bahwasanya para sahabat dan Tabi’in telah menafsirkan al-Qur’an, mereka telah menjelaskan lafazh beserta makna-maknanya, maka kewajiban kita adalah mereferensikan perkataan mereka apabila kita tidak mendapatkan suatu tafsir dari al-Qur’an atau Sunnah. Adapun perselisihan yang terjadi di antara mereka dalam hal ini sangat sedikit sekali,bahkan jarang terjadi, dan sebagian besar perselisihan yang ada diantara mereka itu adalah perselisihan bentuk dan bukan perselisihan yang saling bertentangan, hal ini sebagaimana disebutkan dan dijelaskan oleh syaikh Islam Ibnu Taimiyah dalam”Muqaddimah at-Tafsir“.

Kemudian para ulama memfokuskan perhatiannya kepada kompilasi agar dapat mengumpulkan tafsir-tafsir para sahabat . Adapun para Tabi’in yang bersandar kepada mereka seperti Ibnu Jarir ath-Thabari, Ibnu al-Mundzir, Ibnu Abi Hatim, dan Abd bin Humad. Ibnu Hajar berkata, “Tafsir-tafsir yang empat ini sedikit sekali ada sesuatu yang menyimpang dalam tafsir yang marfu’ dan mauquf pada para sahabat dan maqthu’ dari para-Tabi’in.”

Kemudian berturut-turutlah setelah itu para ulama mengarang tafsir dengan perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka dalam madzhab-madzhab mereka, akidah-akidah mereka, dan perhatian ilmiah mereka. Dan di antara mereka yang mengarang dalam bidang itu adalah Abu Muhammad bin ar-Husiin al-Baghawi (w 56H), Abu al-Faraj Abdurrahiran bin al-Jauzi (w 596 H), Abu Abdullah Muhammad bin Umar ar-Razi (w 606 H), Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi (w 677 H), Abu Abdullah Muhammad bin Yusuf bin Hayyan an-Nahwi al-Andalusi (w 745 H), al-Hafizh Imaduddin Abu al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir (w 774 H), Abdurrahman ats-Tsa’alabi (w 876 H), Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi (w 9ll H), Muhammad bin Ali asy-Syaukani (w  1250 H), Mahmud Syihabuddin al-Alusi (w 1270 H), Muhammad Jamaiuddin al-Qasimi (w 1332 H), Muhammad al-Aminbin Muhammad al-Mukhtar al-Jakni asy-Syinqithi  (w 1393 H), dan lain sebagainya dari para ulama kaum muslimin yang telah menulis dalam ilmu tafsir.

Ibnu Jarir berkata, “sebaik-baik ulama penafsir yang paling hampir dengan kebenaran dalam menafsirkan al-Qur’an adalah yang paling jelas hujjahnya pada tafsiran maupun takwilannya, di mana takwil-nya itu berasal dari Rasulullah tanpa umatnya dari riwayat-riwayat Rasulullah yang benar, baik dari segi periwayatan yang banyak atau dari segi perawi-perawi yang adil dan kuat atau dari segi penunjukan makna yang dinisbatkan atas keabsahannya, dan mereka paling shahih keterangannya terhadap apa yang diterjemahkan dan apa yang dijelaskan dalam hal itu di mana dia diketauir ilmunya dari segi lisannya, baik dengan keterangan-keterangan dari syair-syair yang berlaku, atau dari loghat mereka dan bahasa mereka yang mendalam dan terkenal, siapa pun dia orangnya dari penafsirdan penakwil, setelah tafsiran dan takwliannya tidak menyimpang dari pendapat-pendapat para salaf dari para sahabat, para pemimpin umat dan para khalaf dari para Tabi’in dan ulama umat.”

Dan di antara karangan-karangan dalam bidang tafsir yang diakui dan dipuji oleh para ulama pada zarnan sekarang ini, memperoleh ketenaran yang begitu luas dan ditakdirkan oleh Allah mendapatkan tempat yang cukup baik dalam hati kaum muslimin adalah tafsir Syaikh al-Allamah Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di (w 1376 H).  Hal ini disebabkan karena keistimewaan bukinya tersebut dalam beberapa hal:

Pertama. Kesungguhan penulis dalam membuat tafsir yang ringkas hanya sebatas makna global. Kebanyakan  penafsir al-Qur’an itu tidak lepas membahas secara panljnq lebar bahkan hingga menyimpang dari topik tafsirannya dari kitabullah, atau mereka membatasi diri membahas makna-makna bahasa atau fiqhiyah saja, maka beliau menghendaki dalam tafsirannya itu untuk membahas makna yang dimaksudkan oleh ayat sedangkan lafazhnya hanya sebagai jambatan baginya agar manusia dapat mengetahui makna kalam Aalah hingga mereka dapat mengambil petunjuk dari pengetahuan tentangnya, dan berikhlak dengan akhlaknya dan adab-adabnya dengan memakai metode  yang paling mendekati.

Kedua. Pilihan-pilihan syaikh yang dihasilkan oleh kecerdikan akalnya, kejernihan hatinya, kecepatan pikirannya terhadap perkataan-perkataan para salaf dari para sahabat, para tabi’in dan para ulama umat’ yangdisebutkan dalam tafsir, sehingga beliau seolalah-olah mengumpulkan perkataan dan pendapat yang muncul dalam tafsir makna ayat kemudian beliau mengungkapkannya dengan gaya bahasa yang telah diketahui.

Ketiga. Tafsir beliau diistimewakan juga dengan kata-katan yang sederhana dan penjelasannya yang mudah dimengerti, yang tidak dipaksa-paksakan dan tidak ruwet, juga tidak bertele-tele dan memaniang-manjangkan, yaitu dengan suatu gaya yang dapat dipahami oleh orang yang berilmu maupun yang tidak.

Keempat. Penyusunan kalimat yang begitu rapi dan mengaitkan suatu kalimat dengan kalimat yang lain yang sesuai tanpa ada kesusahan dalam merangkai ungkapannya, dan inilah suatu hal yang paling menonjol dari tafsir beliau.

Kelima. Buku ini mengandung banyak faedah ilmiah dan pendidikan yang disarikan dari kitabullah yang dijelaskan oleh penulis di sela-sela perbahasannya terhadap tafsir ayat, faedah-faedah itu sangatlah beragam dari segi tauhid, fikih, sirah, nasihat-nasihat, akhlak dan lain-lainnya.

Keenam. Inilah keistimewaan yang terpenting adalah terhindarnya buku tafsir ini dari takwil-takwil yang keliru, hawa nafsu, bid’ah, dan Israiliyat. Pengarangnya bersandar dari teks-teks-Qur’an dan as-Sunnah, dan beliau juga mengikuti riwayat-riwayat yang disebutkan dari as-Salaf ash-Shalih.Yang kulakukan dalam buku ini;

1. Saya sangat memperhatikan harakat teks buku tersebut, dan saya berusaha untuk menerbitkannya dengan terhindar dari kalimat yang hilang, menyimpang dan kesalahan cetak yang terdapat pada cetakan-cetakan sebelumnya, hal ini saya lakukan dengan bersandar kepada naskah asli pertama, ada pun kalimat yang hilang yang terdapat padanya ketika penyalinan maka sesungguhnya saya membandingkannya dengan naskah asli kedua lalu saya berikan dua tanda kurung buka dan tutup padanya seperti ini (…).

Sebagaimana juga saya berusaha menjelaskan perbedaan yang paling menonjol antara salinan-salinan tersebut pada catatan kaki dengan maksud melakukan peringkasan. Adapun bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh tentang hal itu maka lihat kembali cetakan pertama dari buku ini yang berjumlah empat jilid.

2. Saya juga melakukan pengoreksian terhadap beberapa ayat yang dijadikan sebagai bukti penguat keterangan dari penulis di sela-sela tafsirannya tanpa ada isyarat kepada hal itu dan saya, kecuali ayat-ayat yang menjadi topik tafsiran penulis maka saya memberikan isyarat kepadanya pada catatan kaki.

3. Sebenarnya ada beberapa ayat yang terlewatkan oleh penulis yang tidak ditafsirkan, sesungguhnya hal ini telah saya jelaskan pada catatan kakinya.

4. Saya berikan sandaran bagi hadits-hadits yang disebutkan dalam tafsir ini.

Akhirnya, Saya memohon kepada Allah semoga saja saya telah dibimbing dalam menerbitkan buku tafsir ini dengan gambaran yang saya kira sesuai dengan yang dikehendaki oleh penulis dalam buku tersebut, maka apapun yang benar maka hal itu ada-lah dari bimbingan Allah, dan apa pun yang salah maka dari saya pribadi dan dari setan la1u saya memohon ampunan kepada Allah darinya, dan semoga Al1ah memberikan ganjaran sebaik-baiknya bagi seluruh pihak yang telah memberikan maklumat kepada saya dengan berbagai saran dan pengoreksiannya, agar saya dapat melaksanakan perbaikan pada cetakan-cetakan di masa yang akan datang, insya Allah. Demikian juga saya memohon kepada A1lah agar menjadikan usaha saya ini hanya tulus ikhlas karenaNya semata, dan menetapkan balasan dan ganjaran untuk saya, karena Dia adalah DzatYang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.Shalawat dan salam runtuk Nabi kita Muhammad, beserta para keluarga dan sahabatnya semua.

Sa’d bin Fawwaz ash-Shamil

Tafsir As-Sa’di : Pendahuluan Penulis

31 Oktober 2010 § Tinggalkan komen


PENGANTAR PENULIS

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji hanya milik Allah Dzat yang telah menurunkan kepada hambaNya sebuah pembeda yang mampu membedakan antara yang halal dan haram, orang-orang yang bahagia dan orang-orang yang celaka, dan kebenaran dan kebatilan, dan Dia menjadikan pembeda tersebut dengan rahmatNya sebagai petunjuk bagi seluruh manusia secara umum dan bagi orang-orang yang bertakwa secara khusus, dari kesesatan kekufuran, kemaksiatan dan kebodohan, kepada cahaya keimanan, ketakwaan dan keilmuan dan Dia menurunkan, pembeda itu sebagai penyembuh bagi jiwa-jiwa dari penyakit-penyakit syubhat dan syahtwat, dan dapat memperoleh dengannya keyakinan dan keilmuan, pada cita-cita yang tinggi dan penyembuh bagi tubuh  dari penyakit-penyakitnya, kekurangannya dan segala rasa sakitnya.

Dan Dia memberi khabar bahwasanya pada pembeda itu tidak ada keraguan dan tidak ada kebimbangan dengan segala bentuknya, karena ia mengandung kebenaran yang agung dalam segala khabar-khabarnya, perintah-perintahnya,  dan larangan-larangannya, dan Dia turunkan dengan kondisi diberkahi, padanya banyak sekali kebaikan, ilmu yang-melimpah, rahsia-rahsia yang indah, cita-cita yang luhur, segala keberkahan dan kebahagiaan akan dapat diperoleh di dunia maupun akhirat yaitu disebabkan dengan tindakan mengambil petunjuk kepadanya dan mengikutinya, dan Dia menjelaskan bahwasanya al-Kitab tersebut membenarkan dan mengakhiri segala kitab-kitab yang terdahulu, maka apa yang dibenarkan olehnya itulah kebenaran dan apa yang ditolak olehnya maka itulah yang tertolak karena ia meliputi semua buku-buku tersebut dan melengkapinya, Allah berkata,

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaanNya kepada jalan keselamatannya” (Al-Maidah : 16)

Ia adalah penunjuk kepada negeri keselamatan, pemberi penjelasan tentang jalan yang menyampaikan kepadanya, sebagai pemberi himbauan terhadapnya, sebagai penyingkap jalan-jalan yang menyampaikan kepada negeri kesengsaraan dan sebagai pemberi peringatan darinya, Allah berfirman mengabarkan tentang hal tersebut,

“Suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi Allah yang Mahabijaksana Lagi Mahatahu.” (Hud: 1)

Ia menjelaskan semua ayat-ayatnya dengan penjelasan yang sempurna, mengukuhkannya dengan segala pengukuhan dan merincinya dengan membedakan segala kebenaran dari kebatilan dan kelurusan dari kesesatan dengan rincian yang menyingkap segala kesamaran, karena ia bersumber dari Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, maka ia tidak akan memberi khabar kecuali dengan jujur, kebenaran dan keyakinan, dan ia tidak memerintahkan kecuali kepada keadilan, kebaikan dan kebaktian, serta ia tidak melarang kecuali dari hal-hal yang berbahaya baik urusan agama maupun urusan dunia.

Allah juga bersumpah dengan al-Qur’an dan menjelaskan bahawa ia adalah al-Majid, sedangkan al-Majid itu adalah luas dan kebesarannya segala sifat, hal itu karena luasnya makna al-Qur’andan kebesarannya, juga Allah menjelaskan bahwa ia adalah yang memiliki pelajaran, maksudnya menjadi pelajaran dengannya ilmu-ilmu ketuhanan, akhlak yang mulia, dan perbuatan-perbuatan yang shalih, dan yang dijadikan nasihat bagi orang yang takut.

Allah berkata,

Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf :2)

Dan Allah menurunkannya dengan bahasa itu agar kita dapat memahaminya dan mendalaminya, dan Dia memerintahkan kepada kita untuk merenungkannya, memikirkan isinya, menyimpulkan segala ilmunya, dan semua hal itu tidaklah demikian kecuali kerana penelaahannya merupakan kunci dari segala kebaikan, jalan menuju pengetahuan dan rahsia. Oleh karena itu, milik Allah segala pujian dan rasa syukur, yang telah menjadikan bukuNya itu sebagai petunjuk, penyembuh, rahmat dan cahaya, pencerahan dan peringitan, keberkahan serta hidayah dan berita gembira bagi kaum muslimin.

Apabila hal ini telah diketahui, maka terlihatlah betapa perlunya setiap orang yang telah baligh untuk mengetahui makna-makna al-Qur’an dan menjadikannya sebagai petunjuk. Maka sangat pantaslah bagi seorang hamba untuk berusaha keras, mengeluarkan segala dayanya dalam mempelajari, dan mendalaminya dengan metode yang paling dekat untuk memahami Al-Qur’an.

Sesungguhnya telah banyak sekali tafsir-tafsir pata ulama terhadap kitabullah ini, ada mufassir yang panjang lebar hingga keluar pada sebagian besar pembahasannya dari yang dimaksudkan, ada juga yang sangat sederhana sekali yang hanya mencukupkan dengan menyelesaikan makna bahasanya saja terlepas dari makna yang dikehendaki.

Dan yang seharusnya dilakukan adalah menjadikan makna itulah yang dimaksudkan sedangkan lafazh hanyalah sebagai jembatan kepadanya, maka ia harus memperhatikan konteks pembicaraan, dan untuk apa ia dipakai dalam konteks tersebut, lalu ia membandingkannya dengan hal yang serupa objek pembahasan tempat yang lain, sehingga ia tahu bahwa hal itu dipakai untuk memberikan petunjuk kepada seluruh makhluk, yang berilmu dari mereka mahupun yang bodoh, orang kota maupun orang desa. Maka memperhatikan konteks ayat dengan mengetahui tentang kondisi-kondisi Rasulullah dan kehidupannya bersama para sahabatnya dan musuh-musuhnya saat turunnya ayat tersebut adalah di antara hal yang paling besar dalam rangka mengetahui kitab tersebut dan memahami maksudnya, khususnya bila ditambah juga dengan pengetahuan dasar tentang bahasa Arab dalam berbagai macamnya.

Barangsiapa yang diberi taufiq dengan hal itu semua, maka wajiblah baginya mulai merenungkan, mendalami, banyak memikirkan lafazh-lafazhnya, makna-maknanya, segala perkara yang bersamanya, segala perkara yang dikandungnya dan segala hal yang dimaksudkan oleh konteks maupun teksnya, dan apabila ia telah mengerahkan segala upayanya dalam hal itu maka pastilah Allah lebih dermawan dari hambaNya, pastilah Dia akan membukakan baginya dari ilmu-ilmuNya beberapa perkara yang tidak mungkin dapat diperoleh hanya dari pencahariannya.

Ketika sang Pencipta menganugerahkan kepada saya dan kepada saudara-saudara saya untuk menyibukkan diri dengan kitabNya yang mulia sesuai dengan kondisi yang ada pada kami, saya sangat senang sekali untuk menguraikan buku tafsir kitabullah dengan segala yang mampu saya berikan, dan dengan segala sesuatu yang telah dianugerahkan kepada kami. Tujuannya agar menjadi kenang-kenangan bagi orang-orang yang berusaha, alat bantu bagi para cendekiawan, penolong bagi para penjelajah. Dan saya menulisnya juga karena takut akan hilang. Saya tidak memberi fokus pada permasalahan lafazh dan tata bahasa, sebaliknya hanya fokus kepada makna yang ingin disampaikan. Ini kerana hal-hal itu telah dilakukan oleh para pentafsri terdahulu. Semoga Allah memberi mereka balasan kebaikan kepada mereka.

Dan kepada Allah saya mengharap dan kepadaNya saya bersandar agar Dia memudahkan apa yang saya inginkan dan menundukkan untuk saya apa yang saya kehendaki. Jika Allah tidak memudahkanku maka tidaklah ada jalan bagi saya untuk memperolehnya. Dan jika Dia tidak memberi pertolongan atas pekerjaan itu maka pastilah tidak ada jalan bagi seorang hamba untuk menggapai cita-citanya.

Dan saya memohon kepada Allah agar menjadikan usaha ini ikhlas hanya untukNya semata, dan agar memberi manfaat secara umum dengannya, karena Dia-lah Dzat Yang Maha Dermawan lagi Maha Mulia. Ya Allah! sampaikan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya dengan selawat yang penuh berlimpah.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah.

Sumber : Terjemahan Tafsir As-Sa’di (jilid pertama).

Sahabat Nabi Muhammad yang Pandai Tafsir Al-Qur’an

30 Oktober 2010 § Tinggalkan komen


Oleh : Abu Abdillah (Mohd Riduan bin Khairi)

Autoriti dan Keutamaan Tafsir Sahabat Nabi Muhammad

Imam Asy-Syafi’i berkata,

Mereka (para sahabat) mengatasi kita dalam ilmu, ijtihad, wara’, kecerdikan dan dalam hala-hal yang memerlukan ilmu pengetahuan dan pengambilan hukum”.

Al-Zarkasyi pula dalam kitabya al-Burhan fi Ulumil Qur’an,

Penafsiran sahabat perlu diberi perhatian, sekiranya tafsiran dibuat dari susudt bahasa maka mereka adalah ahli bahasa. Dan sekiranya tafsiran berkaitan dengan sebab-sebab kenapa sesuatu ayat itu diturunkan, maka ia tidak boleh dipertikaikan lagi”.

Al-Hafidz Imam Ibnu Kathir juga menyebutkan tentang keutamaan tafsir para sahabat di,

Metode penafsiran yang paling benar, yaitu penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an. Jika anda tidak dapat menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, maka hendaklah anda menafsirkannya dengan hadith. Dan jika tidak menemukan penafsirannya di dalam al-Qur’an dan hadith, maka hendaklah merujuk pada pendapat para sahabat, karena mereka lebih mengetahui berdasarkan konteks dan kondisi yang hanya merekalah menyaksikan nya, selain itu mereka iuga memiliki pemahaman yang sempurna, pengetahuan yang benar, dan amal shalih. Namun jika tidak ditemukan juga, maka kebanyakan para imam merujuk kepada pendapat para Tabi’in dan Ulama’ sesudahnya.”

Ahli-ahli Tafsir Dari Kalangan Sahabat yang Terkenal

Sekumpulan para sahabat amat dikenali kerana cerdas dan bijak dalam mentafsirkan ayat Al-Qur’an. Antara mereka ialah empat khalifah Abu Bakar as-Siddiq, Umar al-Khattab, Uthman bin Affan dan Ali bin Abli Talib (semoga Allah redha kepada mereka semua). Ini dinyatakan oleh Imam Suyuti dalam kitabnya al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Namun begitu tidak laporan tafsir diterima dari 3 khalifah yang pertama. Ini lantaran, mereka sibuk dengan urusan pemerintahan negara. Selain itu, keperluan untuk mencatat tafsir mereka ketika itu masih belum ada, memandangkan ramai orang yang mengetahui ilmu tafsir.

Selain empat orang sahabat ini, beberapa sahabat lain juga sering dirujuk dan dijadikan panduan dalam ilmu tafsir. Mereka ialah Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubair, Zaid bin Thabit, Ubay bin Kaab dan Abu Musa Al-Asy’ari.

Ali bin Abi Talib (semoga Allah redha kepada beliau) wafat tahun 40 H

Ali bin Abi Talib mempunya banyak keutamaan. Ahlus Sunnah wal Jama’ah sepakat keutamaan Ali bin Abu Talib selepas Abu Bakar, Umar dan Uthman. Beliau termasuk dari 10 orang sahabat nabi yang dijanjikan syurga.

Beliau dikenali dengan sifat berani dan fikiran yang cerdas. Beliau menyertai kebanyakan peperangan bersama-sama Nabi Muhammad. Bahkan merupakan pemegang bendera dalam kebanyakan peperangan.

Ali adalah sahabat yang paling banyak tafsiran Al-Qur’an, lantaran kelapangan masa dan tidka terikat dengan jawatan khalifah sehingga akhir khalifah Uthman. Lebih-lebih lagi usia beliau yang panjang memungkinkan beliau memberi sumbangan dalam periwayatan tafsir kepada umat Islam.

Abdullah bin Abbas, seorang sahabat muda yang cerdas yang juga sepupu beliau menyebutkan,

“Ilmu tafsir yang aku kumpul adalah dari Ali Bin Abi Talib” dan beliau juga berkata,

“Sekiranya datang keterangan daripada Ali, kami tidak akan mencari yang lain”.

Pada suatu ketika Ali dilaporkan pernah mengajak umat Islam untuk belajar tafsir langsung daripadanya,

“Tanyalah aku, tanyalah aku dan tanyalah kepada aku tentang kitab Allah. Demi Allah, tidak ada satu ayatpun kecuali aku tahu waktu mana ianya turun, sama ada malam atau siang.”

Namun begitu wujud juga laporan-laporan tafsir yang palsu disandarkan kepada Ali. Ini dilakukan golongan Syiah demi menegakkan pemikiran mereka yang sesat.

Abdullah bin  Abbas (wafat 68 H)

Beliau merupakan kanak-kanak cerdas yang membesar pada zaman Nabi. Lahir 3 tahun sebelum hijrah. Ini bermakna beliau hanya sempat hidup bersama nabi selama 13 tahun sahaja.

Beliau didoakan oleh nabi, “Ya Allah! Kurniakan dia kefahaman dalam agama”.

Berkat doa Rasulullah dan juga ketekukan beliau menuntut ilmu, akhirnya beliau dikenali sebagai sahabat yang cerdas dan bijak. Walaupun pada usia yang sangat masih muda, beliau tetap dijadikan rujukan oleh sahabat-sahabat yang lebih dewasa.

Abdullah bin Mas’ud pernah memujinya,

“Abdullah bin Abbas adalah sebaik-baik pentafsir Al-Qur’an. Sekiranya dia sebaya kami, pasti tidak seorangpun daripada kami yang dapat menandinginya”.

Abdullah bin Umar pertanya ditanya tentang tafsir suatu ayat, maka beliau mengarahkan supaya ditanya kepada Abdullah bin Abbas,

“Pergilah berjumpa Abdullah bin Abbas dan tanyalah dia. Sesungguhnya dialah orang yang paling mengetahui tentang wahyu yang turun ke atas Nabi Muhammad sekarang ini”. Dan pada ketika yang lain Abdullah bin Umar berkata,

“Abdullah bin Abbas adalah umat Muhammad yang paling mengetahui mengenai apa yang diturunkan kepada Muhammad”. (Imam Az-Zahabi, Tafsir wa Mufassirun)

Manakala seorang tabi’in terkenal Ato’ bin Abi Rabah memuji Abdullah bin Abbas yang menjadi gurunya,

“Aku tidak pernah melihat majlis ilmu yang lebih mulia daripada majlis ilmu Abdullah bin Abbas yang dipenuhi kefahaman dan diselubungi rasa takut kepada Allah. Penuntut ilmu fikih, tafsir dan syair menghadiri majlisnya. Beliau memenuhi hajat mereka daripada lembah ilmu yang luas”.

Begitu pula pujian seorang tabi’in , Abu Wa-il,

“Abdullah bin Abbas, sebagai pemimpin jemaah haji yang dilantik oleh Uthman telah membaca khutbah semasa musim haji. Beliau membacakan surah an-Nur membaca satu demi satu ayat dan mantafsirkannya. Tidak pernah aku lihat mahupun mendengar percakapan seperti lelaki itu. Kalaulau Parsi, Rom, dan Tukri mendengar kata-katanya, pasti mereka akan memeluk Islam”.

Antara anak murid beliau yang terkenal meriwayatkan tafsir darinya ialah Mujahid bin Jabr, Ikrimah, Ato’ bin Abi Robah dan Said bin Jubair.

Abdullah bin Mas’ud (wafat 32 H)

Abdullah bin Mas’ud merupakan antara orang yang awal memeluk Islam. Beliau terlibat dalam dua hijrah yakni Hijrah ke Habsyah dan hijrah ke Madinah. Beliau mengambil secara langsung 70 surah Al-Qur’an seperti yang direkodkan oleh Imam Muslim di dalam kitab Sahihnya.

Ketika mula-mula Nabi Muhammad berkenalan dengan Abdullah bin Mas’ud, beliau sudah mengesan kebijaksanaan dan kecerdasan Abdullah bin Mas’ud. Kata Nabi,

“Sesungguhnya engkau seorang budak yang akan menguasai ilmu” (HR Ahmad, hassan menurut Syuaib Arnauth)

Abdullah bin Mas’ud menguasai Al-Qur’an dan tafsirannya lantaran beliau sering mendampingi nabi. Seperti yang diceritakan oleh Abu Musa Al-Asy’ari, “Aku dan saudara lelakiku datang dari Yaman. Dan ketika kami datang, kami menyangka Abdullah bin Mas’ud dan ibunya adalah termasuk ahli keluarga (ahli bait) Rasulullah kerana mereka berdua sering masuk dan berada di rumah Rasulullah”. (Sahih Muslim)

Dalam peristiwa yang lain Abu Musa bercerita lagi, “Abdullah bin Mas’ud memang selalu bersama Rasulullah ketika kita tidak turut serta, dan beliau diizinkan masuk ke rumah nabi ketika kita tidak diizinkan masuk”. (Sahih Muslim)

Selain sering mendampingi nabi, Abdullah bin Mas’ud gigih menuntut ilmu Al-Qur’an. Katanya,

Para sahabat Rasululah tahu bahawa aku paling pandai di antara mereka tentang Kitab Allah. Seandainya aku tahu ada orang yang lebih pandai dari aku, maka aku akan pergi berjumpa dengannya (untuk berguru)”. (Sahih Muslim)

Kata nabi lagi memuji Abdullah bin Mas’ud,

Sesiapa yang ingin membaca Al-Qur’an persis ketika ia diturunkan, maka bacalah mengikut bacaan anak Ummu ‘Abd (Abdullah bin Mas’ud)”.

Abdullah bin Mas’ud sendiri pernah melaporkan hadith dari nabi,

Pelajarilah Al-Qur’an dari empat orang ; 1) Ibnu Ummi ‘Abd (Abdullah bin Mas’ud), 20 Ubay bin Kaab, 3) Salim, bekas budak Hudzaifah, dan 4) Muadz bin Jabal” (Sahih Muslim)

Beliau dihantar oleh Khalifah Umar untuk mengajar agama di Kufah. Orang-orang Kufah mendapat manfaat dari luas dan dalamnya ilmu Abdullah bin Mas’ud Antara tabi’in di Kufah yang menjadi anak muridnya yang terkenal termasuklah Qatadah, Alqomah, Asy-Sya’bi dan Masruq.

Ubay bin Kaab (w 30 H)

Ubay bin Kaab merupakan juru tulis pertama bagi Nabi Muhammad setelah berhijrah ke Madinah. Beliau sempat mengkuti Perjanjian Aqabah dan termasuk sahabat yang menyertai Perang Badar.

Ubay ialah Sayyid Qurra, salah seorang penulis wahyu Nabi Muhammad sehingga nabi mengatakan, “Yang paling baik bacaan Al-Qur’an dari kalangan mereka ialah Ubay”.

Sahabat Anas bin Malik melaporkan,

Pada masa Rasulullah ada empat orang yang menghimpunkan Al-Qur’an, yang semuanya dari kaum Ansar. Mereka ialah Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Kaab, Zid bin Thabit dan Abu Zaid”. (Sahih Muslim)

Antara anak murid beliau ialah Zaid bin Aslam, Abu Aliyah dan Muhamamad bin Kaab al-Khurodi.

Rujukan

  1. Bagaimana Memahami Al-Qur’an. Muhammad Jamil Zainu. Terjemahan Salafudin Aj. Pustaka Al-Kautsa, Jakarta (2006).
  2. Fahami Al-Qur’an Menurut Kaedah Para Ulama’. Mohd Sabri Mohamed.  Karya Bestari, Shah Alam (2007).
  3. Pengantar Usul Tafsir. Dr. Fauzi Deraman dan Mustaffa Abdullah. Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Kuala Lumpur (2006).
  4. Pengenalan Ringkas Ususl Tafsir. Muhammad bin Soleh al-Uthaimin. Terjemahan Fadlan bin Mohd Othman. Jahabersa, Johor Bahru (2005).
  5. Tafsir Ibnu Katsir (jilid 1). Peneliti ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh. Terjemahan Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Jakarta (2005)
  6. Ringkasan Sahih Muslim. Muhammad Nasiruddin al-Albani. Gema Insani, Jakarta.

Pujian Ilmuwan dan Sarjana Islam kepada Syaikh As-Sa’di

28 Oktober 2010 § Tinggalkan komen


PUJIAN PARA ULAMA TERHADAP

Syaikh Al-Allamah Abdurrahman As-Sa’di ,

1. Syaikh Abdul Aziz bin Baz

“… Beliau sangat faham dan sangat memperhatikan pengetahuan tentang pendapat yang paling kuat dari permasalahan khilafiyah (perbezan pendapat) dengan dalil. Dan beliau sangat memberi perhatian terhadap buku-buku Syaikh Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya al-Allamah Ibnu a1-Qayyim. Beliau juga selalu memilih pendapat yang didukung oleh dalil. Saya  bersamanya tidak hanya sekali saja saat di Makkah maupun di Riyadh. Beliau sangat sedikit sekali berbicara kecuali untuk hal yang membuahkan faedah seperti perkara-perkara ilmu, sangat rendah hati, baik perangainya. Sesiapa yang membaca buku-bukunya niscaya akan mengetahui keutamaannya, keilmuannya dan perhatiannya terhadap dalil. Akhirnya semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas”.

2. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani

Syaikh yang terhormat Muhammad Nashiruddin al-Albani ditanya tentang pendapatnya mengenai buku tafsir Syaikh Abdurrahman bin Sa’di dan beliau menjawab,

“Buku tafsir itu sangat baik, dan memiliki pembahasan yang baik pu1a, walaupun sebenarnya telaah saya terhadap buku tersebut sedikit sekali, namun menurut batas pengetahuanku terhadapnya jelas sekali bahwa pengarang itu berpendapat dan berpandangan bebas dengan memegang batasan aturan-aturan syariat dan beliau tidak menampakkan keterbelakangan dan fanatisme apa pun. Saya pernah bertemu dengan beliau di Damaskus kira-kira empat puluh tahun yang lalu saya menuntut ilmu yang banyak darinya. Saya melihat pada dirinya kerendahan hati para ulama’. Beliau juga seperti seluruh ulama Najd yang selalu mengingatkan kita kepada akhlak para ulama’ terdahulu dan kerendahan hati mereka. Beliau tidak seperti sebilangan ilmuwan yang lain, lantaran ilmunya mereka menjadi tertipu dan sombong..”

3. Syaikh Abdurrazzaq Afifi

‘.. Sesungguhnya barangsiapa yang membaca karangan-karangannya -Ibnu Sa’di-, menelaah tulisan-tulisannya, mengikuti jejak kehidupannya, niscaya akan mengetahui kegigihan dalam melayani ilmu baik penelaahan maupun pengajaran, mendapatkan darinya sejarah hidup yang baik, kemuliaan akhlak, tabiat yang lurus, adil kepada saudara-saudaranya dan murid-muridnya dari dirinya sendiri, mencari keselamatan dari hal-hal yang menimbulkan kejelekan atau mendorong kepada perselisihan untuk perpecahan. Akhirnya semoga Allah merahmatinya  dengan rahmat yang luas…”.

4. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin

“‘.. Sesungguhnya orang ini sangat sedikit sekali didapatkan bandingan  pada masanya dalam ibadahnya, ilmunya, dan akhlaknya, di mana dia bergaul kepada semuanya dari yangg kecil maupun yang besar sesuai dengan kondisinya yang sepatutnya, memeriksa kondisi orang-orang miskin lalu memberikan pada mereka segala sesuatu yang dapat menutupi kebutuhannya dengan tangannya sendiri, ia sangat sabar dari apa yang menyakitinya dari ejekan orang, dan ia suka memaafkan bagi orang yang terjatuh dalam ketergelinciran lalu memberikan pengarahan yang membaut orang tersebut mendapatkan maaf…”

5. Syaikh Muhammad llamid al-Faqi

“… sungguh saya telah mengenal Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-sa’di lebih dari dua puluh tahun, saya mengenalnya sebagai seorang ulama yang salafi, peneliti lagi pentahqiq yang mencari dalil-dalil yang benar, menyelidiki keterangan-keterangan yang kuat lalu ia mengikutinya dari belakang dan tidak menyimpang dengan sesuatu pun…”

“… Saya mengenalnya sebagai seorang ulama yang salafi yang memahami Islam dengan pemahaman yang benar, dan dikenal pada dirinya terdapat dakwah yang gigih dan jujur untuk selalu berusaha melakukan segala hal yang menjadi sebab-sebab penghidupan yang mulia, kuat,luhur dan bersih…”.

Pujian Syaikh al-Albani Terhadap Tafsir As-Sa’di

28 Oktober 2010 § Tinggalkan komen


Syaikh yang terhormat Muhammad Nashiruddin al-Albani ditanya tentang pendapatnya mengenai buku tafsir Syaikh Abdurrahman bin Sa’di dan beliau menjawab,

“Buku tafsir itu sangatlah baik, dan memiliki pembahasan yang baik pula, walaupun sebenarnya telaah saya terhadap buku tersebut sedikit sekali, namun menurut batas pengetahuanku terhadapnya jelas sekali bahwa pengarang itu berpendapat dan berpandangan bebas dengan memegang batasan aturan-aturan syariat dan beliau tidak menampakkan kejumudan dan fanatisme. Saya pernah bertemu dengan beliau di Damaskus kira-kira empat puluh tahun yang lalu, saya menuntut ilmu yang banyak darinya. Saya melihat pada dirinya kerendahan hati para ulama’. Beliau juga seperti seluruh ulama Najd yang selalu mengingatkan kita kepada akhlak para ulama’ terdahulu dan kerendahan hati mereka. Beliau tidak seperti sebilangan ilmuwan yang lain, lantaran ilmunya mereka menjadi tertipu dan sombong..”

Sumber : Terjemahan Tafsir As-Sa’di (jilid 1), Pustaka Sahifa 2007 dengan beberapa penyesuaian kepada Bahasa Melayu.